Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau biasa disapa Emil, di Bandung, Kamis, mengatakan bahwa selama ini ada kesalahpahaman tentang Islam di mata dunia sehingga dengan hadirnya duta-duta Ulama Jabar ini, diharapkan tidak ada lagi kesalahpahaman dan buruk sangka terhadap Islam.
Dalam tiga sampai enam bulan sebagian dari ulama ini akan dikirim ke Inggris untuk memulai dialog tentang Islam yang damai, kata Emil pada acara penutupan program English For Ulama di Gedung Sate.
“Sehingga ujungnya adalah tidak ada lagi miskomunikasi, yang terjadi adalah kesepahaman yang membuat tidak ada lagi buruk sangka dan anak cucu kita Insyaallah hidup di dunia yang lebih damai tanpa prasangka,” katanya.
Selain itu, Emil juga meminta kepada para peserta EFU menyelenggarakan program pelatihan Bahasa Inggris yang sama di daerahnya masing-masing. Hal ini dilakukan untuk semakin menyebarkan budaya dan kemampuan tambahan yang dimiliki ulama di Jabar.
“Insya Allah EFU bisa setahun empat kali, para lulusan saya motivasi untuk menyelenggarakan hal yang sama di daerah masing-masing, nanti kita dukung, sehingga makin lama menyebar dan menjadi budaya, bahwa semua ulama di Jawa Barat punya skill tambahan Bahasa Inggris,” kata Emil.
Melalui program EFU ini, diharapkan para ulama yang telah fasih berbahasa Inggris mampu membuat konten dakwah dalam bentuk digital, salah satunya melalui akun Youtube.
“Setelah ini kita mulai dakwah digital. Jadi, mereka saya minta bikin akun Youtube tapi (dakwahnya) pakai Bahasa Inggris, difilmkan dengan cara yang baik, sehingga akhirnya pesannya sampai ke seluruh dunia, ini investasi,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Moazzam Malik menilai program English for Ulama merupakan program strategis.
Indonesia mempunyai peran penting di pentas dunia, karena bisa menjadi contoh penerapan sikap toleransi dan pluralisme yang baik.
Namun, lebih lanjut Moazzam juga menekankan pentingnya Indonesia dalam melindungi hak-hak kaum minoritas.
“Ada berbagai tantangan Indonesia, seperti harus bekerja keras menjaga hak-hak minoritas dalam negeri. Tetapi saya kira dibandingkan negara lain Indonesia lebih berhasil untuk menjaga keragaman dan pluralismenya,” tutur Moazzam.
Dari 265 orang pendaftar, 30 ulama telah mengikuti pelatihan Bahasa Inggris dan pendalaman wawasan Islam.
Salah satu peserta asal Cipulus, Purwakarta, Ihya Ulumudin mengatakan, bahwa program EFU adalah kesempatan yang baik untuk terlibat langsung dalam menyampaikan Islam yang damai, moderat, dan penuh toleran ke seluruh dunia.
“Kami banyak banget dapat ilmu dari sisi pendalaman Bahasa Inggris, supaya kita jadi lebih confidence lagi juga dari sisi konten keislaman. Itu sangat bermanfaat untuk kami, juga belajar budaya-budaya yang ada di barat,” ujar Ihya.
English for Ulama merupakan bagian dari English for West Java. Program ini untuk meningkatan kapasitas bahasa Inggris para ulama dan guru melalui kombinasi antara materi belajar dan mengajar digital yang kreatif dan pelatihan tatap muka yang inovatif dan interaktif.
Program ini merupakan bagian dari kampanye nasional English for Indonesia yang diprakarsai oleh British Council dan Kedutaan Besar Inggris.
Sementara itu, Direktur British Council Indonesia Paul Smith dalam keterangan tertulisnya mengatakan, bahwa English for West Java adalah sebuah program yang merepresentansikan nilai–nilai inklusif dari program English for Indonesia.
Tujuannya untuk memastikan seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati materi Bahasa Inggris yang berkualitas dan mudah diakses lewat materi online.
Paul Smith berharap melalui sistem belajar inovatif, pelatih berpengalaman, dan materi belajar kreatif dari British Council, program pelatihan ini dapat mendukung para ulama untuk menjadikan Indonesia sebagai negara terdepan di bidang keberagaman dan isu-isu internasional lewat ajaran-ajaran Islam.
Baca juga: 30 ulama Jabar lolos Program English for Ulama
Baca juga: Ma'ruf: ulama tidak hanya mengurus soal keagamaan
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019