Kediri (ANTARA News) - Munculnya sumbat lava sisa letusan tahun 1990 ke permukaan danau kawah yang menyerupai pulau dengan diameter sekitar 100 meter dan tinggi sekitar 20 meter dari permukaan air danau menimbulkan tiga skenario baru aktivitas Gunung Kelud.
Kepala Bidang Pengawasan Gununungapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Agus Budianto, di Kediri, Jawa Timur, Senin sore mengungkapkan, skenario pertama, tekanan di dalam Gunung Kelud akan menurun bersamaan dengan kejadian hembusan asap putih tebal yang berasal dari sumbat lava.
"Jika skenario ini terjadi, aktifitas Gunung Kelud akan mencapai keseimbangan sehingga kecil kemungkinan terjadinya letusan besar," katanya, usai memberikan keterangan pers di Balai Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.
Skenario kedua, katanya, terjadi penyusupan air danau kawah secara besar-besaran melalui rekahan sumbat lava hingga menembus dasar danau. Kemudian air tersebut kontak langsung dengan magma dekat dasar danau kawah sehingga bisa memproduksi uap dengan volume dan tekanan besar yang dapat menyebabkan pendobrakan dasar danau kawah diikuti letusan uap (freatik).
"Oleh karena dasar kawah telah terbuka saat proses letusan freatik, maka besar kemungkinan akan terjadi letusan `Plinian` atau letusan berupa awan panas, lontaran material pijar, abu, dan debu vulkanik," katanya.
Sedangkan, ia mengemukakan, skenario ketiga jika tekanan di dalam tubuh Gunung Kelud terus bertambah akibat naiknya magma dari bawah menuju ke permukaan danau kawah diikuti embusan asap yang tidak dapat melepaskan tekanan di dalam tubuh Gunung Kelud, maka akan terjadi akumulasi tekanan yang semakin membesar.
"Kalau hal ini terjadi, kemungkinan akan terjadi letusan besar di Gunung Kelud," katanya.
Menurut dia, munculnya sumbat lava yang diduga sisa letusan 17 tahun silam itu akibat terjadinya puncak gempa tremor secara terus-menerus pada Sabtu (3/11) lalu dengan amplitudo lebih dari 35 milimeter (over scale) selama 40 menit.
"Saat itu kami menduga, akan terjadi letusan besar. Tapi yang terjadi adalah munculnya sumbat lava berbentuk pulau di tengah dasar danau kawah sebagaimana terekam dalam kamera CCTV," kata Agus mengenai peristiwa yang membuatnya panik dengan meninggalkan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Kelud di Dusun Margomulyo dan lari ke Mapolsek Ngancar bersama 20 orang rekannya dua hari lalu itu.
Ia memperkirakan, menyembulnya sumbat lava hingga permukaan danau kawah itu telah mengurangi volume air danau kawah yang sebelumnya mencapai 2,5 juta meter kubik.
Sementara itu, Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Kelud, Umar Rosadi, saat memberikan keterangan pers mengatakan, menyembulnya sumbat lava itu telah mengakibatkan alat pengukur suhu air danau kawah rusak.
"Selain karena sumbat lava, kerusakan alat pengukur temperatur itu juga karena tingginya suhu air danau kawah," kata Umar saat mendampingi Agus Budianto di Balai Desa Sugihwaras.
Oleh sebab itu para pengamat di PPGA Margomulyo kini hanya melakukan pengamatan aktifitas Gunung Kelud dengan menggunakan dua instrumen data yang dikirimkan melalui alat pemantau kegempaan dan deformasi karena dalam situasi saat ini sangat tidak mungkin memperbaiki alat pengukur suhu yang rusak itu.
Menurut dia, data terakhir suhu air danau kawah yang dikirim alat pengukur suhu milik peneliti gunungapi asal Perancis itu mencapai 77,5 derajat celsius di kedalaman 15 meter.
Sampai saat ini kepulan asap warna putih yang timbul dari sumbat lava itu masih terus terjadi dengan ketinggian antara 500 sampai 800 meter berhembus ke arah utara. Demikian halnya gempa tremor masih terjadi secara terus-menerus dengan amplitudo maksimum mencapai 13 milimeter. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007