Kami perlu mempercepat TOD, salah satunya dengan menyiapkan regulasi terlebih duluPalembang (ANTARA) - Pengembangan konsep hunian terintegrasi transportasi massal (transit oriented development/TOD) kereta ringan Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan ditargetkan bisa tuntas secara menyeluruh di 13 stasiun pada 2023.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Sumatera Bagian Selatan Sugiyanto di Palembang, Kamis, mengatakan pengembangan TOD nantinya akan sampai pada radius satu kilometer di setiap stasiun LRT.
"Kami perlu mempercepat TOD, salah satunya dengan menyiapkan regulasi terlebih dulu," kata dia dalam acara forum diskusi kelompok yang diselenggarakan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan.
TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang dengan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti busway/BRT, kereta kota (MRT), kereta ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan jalan bagi sepeda/pejalan kaki.
Pengembangan area TOD LRT Sumsel direncanakan terbagi dalam empat fase yang disesuaikan dengan tingkat kesiapan pasar properti komersial dan areal lahan pengembangannya.
Fase 1 dinilai paling siap meliputi Stasiun Palembang Icon, Stasiun Pasar Cinde dan Stasiun Ampera.
Selanjutnya fase 2 meliputi area Stasiun Polda dan Stasiun RSUD.
Fase 3 mencakup area Stasiun Asrama Haji dan Stasiun Dishub serta fase 4 meliputi area Stasiun Jakabaring dan Stasiun OPI.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Fadrinsyah mengatakan pengembangan TOD di jalur LRT Sumsel bertujuan untuk meningkatkan jumlah penumpang transit dan pendapatan dari tarif layanan.
Selain itu juga menciptakan nilai tambah sektor lain seperti sektor properti karena adanya pilihan moda transportasi yang lebih beragam bagi warga kota.
LRT Sumsel terintegrasi dengan BRT Trans Musi dan feeder.
Dalam integrasi moda transportasi itu diberlakukan tarif konektivitas, seperti LRT-BRT senilai Rp7.000 per penumpang, LRT-BRT-Damri senilai Rp10.000 per penumpang dan angkot-BRT-LRT-Damri senilai Rp14.000 per penumpang.
Sejauh ini, LRT Sumsel telah melakukan perjalanan sebanyak 52 perjalanan per hari dengan 5 rangkaian kereta. Adapun waktu tempuh trase sepanjang 23,4 km dari stasiun awal ke stasiun akhir selama 60 menit.
Balai Kereta Api Ringan Sumsel mencatat headway tercepat moda transportasi anyar itu selama 24 menit sementara untuk headway terlama 48 menit.
"Dalam konsep TOD juga perlu ada parkir kendaraan dan sepeda yang disediakan secara bersama. Juga yang penting adalah integrasi dengan moda transportasi lainnya," kata dia.
Baca juga: KAI buka peluang bisnis di stasiun LRT Palembang
Baca juga: Menhub ajak generasi muda naik LRT Sumsel
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019