Jakarta (ANTARA) - Aktris Dian Sastro mengaku merasa beruntung dapat merasakan fase perkembangan dunia film sejak dia terjun ke dunia film, termasuk perbedaan pola kerja akibat perkembangan teknologi dalam dunia film.
Dian terjun ke dunia akting sejak awal tahun 2000an, sebelumnya dia banyak terlibat dalam video musik. Dian masih mengalami pengambilan gambar dengan kamera analog 35 milimeter saat dia awal berkarier.
Di masa itu, pengambilan gambar diusahakan tidak lebih dari tiga kali "take" agar tidak boros gulungan film. Menurut Dian, pada masa itu, aktris disiplin berlatih agar dapat menghasilkan adegan terbaik tanpa harus banyak mengulang.
"Jadi, disiplin latihan, meluapkan emosi pas syuting," kata Dian saat acara Telkom Digisummit 2019 di Jakarta, Kamis.
Dian masih aktif di dunia film ketika kamera beralih ke digital, pengambilan gambar yang tadinya mengambil waktu lebih dari sebulan berubah menjadi hanya dua minggu untuk menghasilkan satu film.
"Dulu, nggak mungkin seperti itu, bisa sebulan lebih," kata dia.
Saat ini, medium menikmati film juga bertambah melalui platform digital, rupanya hal tersebut juga mempengaruhi kebiasaan menonton dan juga produksi film.
"Ruang nonton berubah. Dulu, di bioskop, sekarang bisa sambil commuting di MRT misalnya, nonton di ponsel," kata dia.
Menurut dia, produksi film saat ini pun lebih cepat dibandingkan masa sebelumnya.
Dian mengaku mendengar pendapat yang menilai kualitas film menurun seiring dengan perkembangan zaman, namun, menurut dia, perubahan ke dunia digital tidak selalu menurunkan kualitas karya.
Dia melihat dengan maraknya platform digital untuk menonton, ide untuk sebuah konten atau film pun semakin beragam dan bagus, begitu juga investasi yang masuk sehingga sebuah ide dapat direalisasikan menjadi film betulan.
Baca juga: Alasan Dian Sastro bangun bisnis kuliner sehat
Baca juga: Kemarin, Dian Sastro debut sebagai produser hingga Insight mendarat di Mars
Baca juga: Kesulitan yang dihadapi Dian Sastrowardoyo saat jadi produser
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019