"Baik pendukung calon presiden 01 maupun 02 mereka sudah memiliki fanatisme tinggi, dan telah terjadi pembekuan pilihan," kata Ray di Jakarta, Kamis.
Dari data yang dianalisa Lingkar Madani, menunjukkan jumlah calon pemilih yang belum menjatuhkan pilihannya hanya sedikit sekali, tidak sampai 10 persen dari total pemilih.
"Kami menganalisanya sesuai data hasil lembaga survei, ada sekitar 20 lebih lembaga yang melakukan survei selama gelaran pilpres ini," kata dia.
Sebesar 90 persen dari total pemilih, sebenarnya sudah memiliki pilihan baik untuk pasangan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, katanya.
"Masing-masingnya, baik di kubu 01 maupun 02 sebanyak 90 persen juga pemilih mereka sudah dalam bentuk fanatisme, yang tidak akan mudah berubah," ucap Ray.
Hal itu terbukti, ketika tokoh di lingkaran Jokowi maupun Prabowo tersandung perkara, seperti kasus Ratna Sarumpaet atau Romahurmuziy ternyata tidak membuat pemilih untuk berubah haluan.
"Pas kasus itu muncul, tidak ada tiba-tiba jumlah pemilih di pihak lainnya naik drastis, kalau bukan karena fanatisme masyarakat pasti akan berubah pikiran untuk memilih yang lain," ujar Ray.
Kondisi yang bisa merubah pilihan pemilih pada saat pencoblosan nanti menurut dia, apabila terjadi kejadian luar biasa terhadap pribadi calon presiden.
Sama halnya seperti kejadian di Pemilihan Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama dianggap "terpeleset" lidahnya dan akhirnya membuat peta pilihan pemilih tiba-tiba berubah di saat-saat akhir.
Pewarta: Boyke Ledy Watra, Joko Susilo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019