Lumajang, Jawa Timur1 (ANTARA News) - Kasau Marsekal TNI Herman Prayitno mengatakan ancaman embargo militer Barat telah dipertimbangkan secara masak dalam program penggantian sejumlah pesawat tempur TNI-AU dengan sejumlah pesawat baru yang sebagian besar komponennya berasal dari Barat. "Tentunya itu sudah jadi pertimbangan," katanya, ketika dikofirmasi ANTARA usai menyaksikan latihan puncak TNI AU "Angkasa Yudha 2007" di area Air Weapon Range (AWR) Pandan Wangi, Lumajang, Jawa Timur, Senin. Mabes TNI AU, berdasarkan rencana strategis (Renstra) 2005-2009 berencana melakukan penggantian sejumlah pesawat tempur, seperti OV-10 Bronco, F-5 Tiger, Hawk MK-53, pesawat angkut Fokker-27 dan Helikopter Sikorsky. Pesawat tempur jenis OV-10 Bronco dibuat pada 1976 dan mulai digunakan TNI AU sejak 1979. Dari sembilan unit pesawat tersebut, hanya empat yang dinyatakan siap. Sementara pesawat tempur F-5 Tiger buatan 1978, dari 12 yang dimiliki TNI AU, hanya dua yang dinyatakan siap. Kondisi kesiapan pesawat tempur yang telah dibawah standar juga dialami pesawat tempur Hawk MK-53 buatan 1977. Dari delapan unit, hanya dua unit yang dinyatakan siap atau laik terbang. Selain itu, dari tujuh pesawat angkut Fokker 27 buatan 1975, hanya empat yang masih siap terbang. Untuk mengganti OV-10 Bronco, TNI AU menetapkan tiga jenis pesawat pengganti, antara lain Sukhoi-25 dan Super Tocano yang sebagian mesinnya merupakan buatan Kanada, sedangkan untuk mengganti MK-53 TNI AU memilih L-159 buatan Ceko. L-159 buatan Aero Ceko, merupakan perpaduan teknologi Barat dan Timur. Di dalamnya terdapat dua layar tampilan multi fungsi serta HUD (Head Up Display) mendominasi panel kokpit. Yang jelas semuanya tertata dengan rapi. Setara dengan F-16 Fighting Falcon atau F/A-18 Hornet versi awalnya. Terdapat juga radar Grifo L. Perangkat pengendus keluaran FIAR, Italia, ini berkemampuan multimisi, dimana delapan sasaran udara dan 10 sasaran darat dapat sekaligus ditandai. Kelengkapan lain adalah penangkap gelombang radar lawan (RWR) Sky Guardian-200 buatan GEC-Marconi. Untuk menghadapi perang elektronik, L-159 juga dilengkapi dengan sistem anti-jamming Vinten Vicon 78 plus chaff atau flares. Dengan perangkat elektronik ala Barat ini, maka otomatis berbagai senjata dari Barat pun sanggup digotong seperti AGM-65 Maverick atau rudal udara-udara AIM-9 Sidewinder. Tidak itu saja, terdapat juga `camera pod` bagi tugas-tugas pengintaian. Tak hanya elektronik dan senjata, untuk urusan mesin, L- 159 memakai turbofan ITEC F 124-GA-100 buatan Honeywell, Amerika. Berbekal mesin L-159, pesawat ini bisa dipacu hingga kecepatan 800 kilometer perjam. Itu pun dengan jarak jangkau hingga 800-an kilometer. "Ya itu semua kan masih dalam kajian dan baru akan diserahkan ke Dephan akhir Desember 2007. Semua hal, termasuk kemungkinan embargo sudah kami pertimbangkan", ujar Kasau. Pada 11-14 November 2007, Menteri Industri dan Perdagangan Ceko, Penasehat Wakil Menteri Pertahanan Ceko, Jan Fulik, serta perwakilan Aero (produsen L-159), Martin Kubovy, berkunjung ke Indonesia. (*)
Copyright © ANTARA 2007