Kediri (ANTARA News) - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr Surono menyatakan, energi yang dimiliki Kelud ternyata hanya mampu mengangkat sumbat lava sisa letusan tahun 1990, sebagai hembusan asap yang terjadi sejak Sabtu (3/11) sore sampai Minggu (4/11) sore.
"Kemungkinan sumbat lava Gunung Kelud terlalu kuat, sehingga tidak jebol," katanya saat memberikan keterangan pers di Balai Desa Sugihwaras, Kec Ngancar, Kab Kediri, Jatim, Minggu sore.
Menurut dia, sumbat lava yang berada 700 meter di bawah dasar kawah itu akan terangkat secara pelan-pelan, namun tidak terpecahkan, karena tidak adanya energi yang cukup.
Hingga kini, asap berwarna putih yang keluar dari kawah Kelud, berhembus dari arah selatan ke utara. Ia menganggap asap putih itu berbahaya, mengandung belerang, gas CO2 dan lainnya.
"Kalau ada warga yang melihat asapnya warna biru itu tidak salah, karena asap belerang biasanya berwarna biru," katanya menjelaskan.
Menanggapi kepanikan tim PVMBG pada Sabtu (3/11) sore, yang meninggalkan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Kelud di Dusun Margomulyo ke Mapolsek Ngancar, Surono menyatakan sebagai tindakan penyelamatan diri.
"Saat itu, ibarat sudah terjadi mendung lalu gerimis, maka tindakan saya ialah mengambil jemuran. Oleh karena itu, sudah saatnya saya menyelamatkan anak buah saya," katanya menegaskan.
Menurut Surono, secara ilmiah pada tanggal 16 Oktober lalu dan 3 Nopember 2007 gunung Kelud sudah meletus, tapi ternyata masih belum ada akhirnya.
Pada saat itu, tanda-tanda letusan Kelud semakin jelas, dengan peningkatan deformasi mencapai sembilan mikroradian dalam satu hari. Padahal, rata-rata peningkatan dua mikroradian bisa dicapai dalam tiga sampai tujuh hari.
Demikian dengan peningkatan rata-rata temperatur air danau kawah yang biasanya hanya 0,1 derajat celcius per-dua hari, tetapi ternyata dalam enam jam kemarin (3/11) peningkatan suhu air danau kawah mencapai dua derajat celcius. Artinya, ada peningkatan sekitar 10 kali lipat dari biasanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007