Depok (ANTARA News) - Analis Politik politik dari Universitas Indonesia (UI), Boni Hargens, menilai Komite Bangkit Indonesia (KBI) yang dipelopori oleh ekonom Rizal Ramli dan sejumlah tokoh nasional, bukan murni gerakan moral, melainkan gerakan politik untuk menarik simpati publik saja. "Yang ikut juga tokoh-tokoh lama dan saya yakin kebanyakan dari mereka sudah tidak lagi laku di politik," katanya menanggapi dideklarasikannya Komite Bangkit Indonesia, di Depok, Minggu. Menurut dia, saat ini politik di Tanah Air sedang "memanas" dengan isu Pemilu 2009, dan sedang ada upaya untuk menjegal Susilo Bambang Yudhoyono, yang secara bersamaan ada pula upaya mendongkrak popularitas pribadi di mata rakyat. Namun, ia melihat bahwa upaya itu semua akan sia-sia. Lebih lanjut dosen politik FISIP-UI tersebut mengatakan seharusnya yang dilakukan oleh mereka adalah seperti yang dilakukan Megawati Soekarnoputri atau Sutiyoso, di mana mereka mendeklarasikan pencalonan sebagai presiden tanpa harus memakai embel-embel gerakan moral seperti KBI. "Rakyat tahu dengan jelas bahwa mereka mau menjadi presiden tanpa harus munafik dengan menggunakan gerakan-gerakan yang disebut moral, padahal aslinya politik," kata Direktur Riset Parrhesia State In-Building. Terobosan perubahan Namun, diakuinya bahwa KBI kemungkinannya juga bisa menjadi terobosan untuk perubahan kalau para tokoh yang terlibat dalam gerakan itu tidak terjun langsung dalam politik 2009, dan mereka hanya menjadi semacam "guru bangsa" yang siap memberikan wejangan-wejangan kepada siapa yang akan memimpin Indonesia pada 2009 ke depan. "Kalau ternyata mereka sendiri memang mau memimpin, ya... rakyat pasti antipati, karena semua orang tahu tabiat para politisi kita yang pandai bersandiwara," katanya. Politik model itu, lanjut Boni, sudah tidak laku. Saat ini politisi harus memiliki kebesaran jiwa dan membawa diri sebagai seorang negarawan supaya bisa diterima oleh rakyat. "Kalau tidak, perubahan tidak mungkin terjadi," katanya. Sebelumnya, Rizal Ramli dalam dekalarasi komite itu menegaskan siapa pun boleh berpendapat tentang Komite Bangkit Indonesia. Namun, dia menyatakan komite yang dipimpinnya tidak memiliki kepentingan politik tertentu. Pada deklarasi yang juga dihadiri peserta dari berbagai golongan, termasuk tokoh politik ini, Rizal mengatakan para pemimpin saat ini tidak memiliki semangat untuk untuk berjuang dan berkorban. "Akibatnya kepemimpinan mudah untuk digoyang dan berubah-ubah karena adanya perubahan kepentingan taktis, perubahan opini, dan respon pencitraan situasional," katanya. Selain itu, Indonesia hingga saat ini belum mampu meningkatkan kesejahteraannya karena kepemimpinan yang lemah dan tidak efektif. Untuk itu, katanya, KBI berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan merata. "Komite Bangkit Indonesia akan berjuang agar demokrasi Indonesia membawa manfaat bagi peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, bukan hanya sekedar demokrasi prosedural," kata Rizal Ramli. (*)
Copyright © ANTARA 2007