Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan diperkirakan akan bergerak fluktuatif. "Pasar kayaknya akan bergerak fluktuatif dan cenderung mengikuti bursa global, karena pelaku pasar mulai pesimis perekonomian AS akan tahan terhadap resesi," kata Analis Riset PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan, kepada ANTARA di Jakarta, akhir pekan ini. Menurut Krisna, sentimen negatif dari melambungnya harga minyak mentah dunia serta dampak krisis `subprime mortgage` masih akan membayangi perdagangan saham di BEJ. Krisna hanya berharap pada saham-saham yang berkinerja baik, yang dapat menjadi pendorong indeks untuk melanjutkan tren positifnya. Hasil laporan kinerja kuartal ketiga beberapa emiten telah menunjukkan peningkatan, sehingga menjadi salah satu pendorong indeks pada pekan, selain dari keputusan `The Fed` yang menurunkan suku bunganya. Pada pekan ini IHSG ditutup di 2.710,617 atau menguat cukup tajam sebesar 86,680 poin (3,28 persen) dibanding penutupan pada pekan sebelumnya di 2.624,432. Sedangkan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan ditutup menguat 24,655 poin (4,31 persen) menjadi 596,186 dibanding pada pekan sebelumnya yang berada di posisi 571,531. Pergerakan indeks BEJ pada pekan ini lebih cenderung didorong oleh keputusan `The Fed` yang menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 4,50 persen. Penurunan suku bunga `The Fed` ini telah mendorong penguatan bursa global dan indeks BEJ, walaupun dibayangi dari naiknya harga minyak dunia yang menyentuh harga 96 dolar As per barel yang masih menimbulkan kekhawatiran terhadap tekanan resesi di dunia. Disam ping itu kenaikan indeks ini juga didorong oleh sentimen saham secara individual setelah beberapa emiten mempublikasikan laporan keuangan kuartal ketiga 2007 menunjukkan kinerja yang membaik. (*)

Copyright © ANTARA 2007