Serang (ANTARA News) - Letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, Provinsi Lampung, terus berlanjut disertai gempa vulkanik B (dalam), vulkanik (dangkal) dan tremor. Data dari petugas pemantau Gunung Anak Krakatau, Sabtu (3/11), menyebutkan, sekitar pukul 06.00 WIB sampai 12.00 WIB terjadi letusan sebanyak 86 kali dan gempa vulkanik B (dalam) sebanyak 11 kali, vulkanik B (dangkal) 15 serta tremor sebanyak 12 kali. Aktivitas letusan dan kegempaan interval cepat berkisar 3 sampai 6 menit serta lambat 10 hingga 15 menit. "Sampai saat ini masih status siaga level III, dan berbahaya karena mengeluarkan semburan energi dari kawah gunung hingga lontaran batu panas, debu dan asap berwarna kelabu setinggi 400 meter," kata Kepala Pemantau GAK, di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Anton,Sabtu. Ia mengatakan, selama 12 hari aktivitas GAK belum juga diturunkan status menjadi waspada karena berbahaya bagi wisatawan maupun nelayan untuk mendekati titik letusan GAK dengan radius tiga kilometer. "Semburan energi letusan dan gempa gunung terus berlanjut, namun tidak menimbulkan gelombang tsunami,"katanya. Namun demikian, jumlah letusan dan kegempaan vulkanik atau tremor setiap harinya terjadi fluktuasi, sehingga belum mengeluarkan semburan lava dari kawah gunung hingga ke pantai. "Saya kira letusan dan kegempaan Anak Krakatau tidak akan seperti kejadian ahun 1883 hingga menewaskan puluhan ribu orang. Oleh karena itu,kami minta warga sepanjang pantai Anyer-Carita jangan panik adanya letusan gunung itu," ujarnya. Sementara itu, Humas Polda Banten AKBP Aminudin, mengatakan, pihaknya terus melakukan patroli Polisi Air dari kejauhan tiga kilometer agar para nelayan, wisatawan termasuk wartawan yang ingin meliput tidak diperbolehkan mendekati titik letusan Anak Krakatau. "Saya intensifkan patroli Polisi Air tiga sampai enam kali sehubungan adanya salah satu wartawan televisi yang masuk ke wilayah gunung tersebut," tegasnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007