Jakarta (ANTARA News) - Tualen, tokoh punakawan dalam pewayangan di Bali, merasa khawatir atas kondisi hutan yang semakin rusak karena ulah jahat manusia. Keceriaan para penguni hutan seperti bebek, kuda, harimau, buaya, dan jerapah yang sedang bermain tiba-tiba sirna dan berubah menjadi ketakutan ketika mesin-mesin dan manusia menebangi hutan tanpa ampun. Cuplikan cerita itu merupakan bagian dari pertunjukan teater wayang listrik oleh dalang muda asal Bali, Made Sidia dalam pertunjukan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat malam (2/11). Pertunjukan wayang listrik ini merupakan rangkaian dari festival pertunjukan kontempoprer internasional, Art Summit Indonesia 2007 (ASI) yang berlangsung sepanjang November 2007. Sidia yang mengangkat cerita "Perjalanan Tualen" mencoba mengekspresikan kegelisahannya melihat situasi zaman yang melintas di depan matanya. Dalam lembar informasi pertunjukan, dituliskan bahwa ia begitu gundah melihat betapa tabiat manusia di masa kini ternyata belum beranjak dari primata. "Perjalanan Tualen" dalam pertunjukan wayang listrik ini berlatarbelakang cerita epik Ramayana. Yakni tentang keserakahan dan kesombongan raja Alengka, Rahwana yang menculik istri Rama Dewa, Dewi Sita. Rama Dewa yang merupakan putra mahkota kerajaan Ayodya bersama pembantu setianya, Tualen kemudian berupaya menembukan kembali Dewi Sita. Di situlah petualangan Tualen dalam mencari Sita menjadi sebuah perjalanan panjang yang membawanya ke kota, sebuah tempat yang asing baginya dan perilaku manusia penghuni kota yang tidak ramah. (*)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007