Kolombo (ANTARA News) - Pemimpin politik Macan Tamil tewas dalam serangan udara pemerintah Srilangka, Jumat, demikian diumumkan kelompok gerilya tersebut. S.P. Thamilselvan tewas bersama lima orang lain dalam serangan yang dilakukan Angkatan Udara Srilangka di wilayah yang dikuasai pemberontak tersebut, kata mereka. Kementerian Pertahanan Srilangka menyatakan, angkatan udara menyerang sebuah tempat dimana para pemimpin pemberontak itu mengadakan pertemuan. Tidak ada penjelasan terinci lebih lanjut mengenai hal itu. Thamilselvan secara de fakto berada di urutan kedua dalam kepemimpinan Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE), yang berperang untuk memperjuangkan otonomi bagi minoritas Tamil. Pemberontakan kelompok itu menewaskan puluhan ribu orang sejak 1972. Ia memimpin sebuah tim negosiasi perdamaian pada perundingan dengan pemerintah Srilangka yang dituanrumahi Swiss tahun lalu. Namun, ia juga seorang gerilyawan aktif yang cedera ketika memimpin ofensif terhadap sebuah kamp angkatan darat pada 1993. Ia selamat dalam serangan bom 2002 yang disebut-sebut dilakukan oleh pasukan keamanan Srilangka. Thamilselvan bertindak sebagai seorang perdana menteri de fakto bagi LTTE dan tokoh umum bagi kelompok gerilya tersebut, yang dipimpin oleh Velupillai Prabhakaran yang hampir tidak pernah terlihat di depan publik. "Ketua divisi politik organisasi kami, Brigjen S. P. Thamilselvan, tewas dalam pemboman udara Angkatan Udara Srilangka," kata LTTE dalam sebuah pernyataan. Kelompok gerilya itu juga mengumumkan lima orang lain yang tewas dalam serangan udara itu, termasuk seorang fotografer senior LTTE yang pergi ke Eropa, Thailand dan Jepang bersama Thamilselvan untuk menghadiri perundingan perdamaian yang disponsori Norwegia sejak 2002. Thamilselvan tewas dalam serangan itu setelah pada Desember lalu mantan perunding utama LTTE Anton Balasingham meninggal karena sakit. Thamilselvan bertindak sebagai pengganti Balasingham, kontak utama bagi penengah perdamaian Norwegia yang meninggal karena kanker di rumahnya di London, Inggris, demikian laporan AFP. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007