Jakarta (ANTARA News) - Pemanfaatan kapasitas produksi (utilisasi) industri minyak goreng anjlok dari sekitar 45 persen pada Juni-September 2006 menjadi sekitar 30 persen pada periode yang sama tahun ini akibat penerapan pungutan ekspor (PE) minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya yang disamaratakan. "Penerapan PE yang disamaratakan membuat kinerja industri hilir CPO seperti pengolahan minyak goreng menurun," ujar Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, pada diskusi, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan sebelum penerapan PE yang sama terhadap CPO dan turunannya, utilisasi industri minyak goreng di dalam negeri mencapai sekitar 45 persen dari kapasitas terpasang sekitar 15 juta ton per tahun minyak goreng atau setara 20 juta ton CPO. Namun, pasca penerapan PE CPO dan turunannya yang disamaratakan, kinerja industri pengolahan minyak goreng turun, dengan utilisasi hanya sekitar 30 persen atau hanya sebesar 4,5 juta ton per tahun. Kendati menurun utilisasinya, produksi minyak goreng tersebut masih mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri yang hanya sekitar 3,8 juta sampai empat juta ton per tahun, atau sekitar 300 ribu ton per bulan. Penerapan PE yang disamaratakan tersebut, lanjut dia, menyebabkan industri hilir CPO, seperti minyak goreng tidak berkembang, karena tidak mampu bersaing di pasar ekspor, terutama menghadapi Malaysia yang merupakan pesaing utama. Ia mengatakan Malaysia menerapkan PE CPO nol persen untuk minyak goreng dan sejumlah produk hilir lainnya, namun menerapkan PE yang tinggi atau setara 10 persen untuk CPO dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan lima persen untuk Refined, Bleached and Deodorized Palm Kernel Oil (RBD PKO). Ekspor turunan CPO tersebut merupakan insentif bagi industri hilir di dalam negeri, mengingat daya serap produk turunan CPO di dalam negeri juga lebih kecil dibandingkan kemampuan produksi industri hilir CPO nasional. Oleh karena itu, lanjut Sahat, pihaknya berharap pemerintah segera melakukan harmonisasi PE CPO dan turunannya dengan membedakan PE CPO dengan turunannya, agar industri hilir CPO di dalam negeri berkembang sesuai harapan pemerintah.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007