Misalnya, kata Karding, perihal sosok bajingan yang disebut Prabowo saat berkampanye di Yogyakarta, Senin (8/4) lalu. Hingga kini, BPN masih belum mau membuka identitas sosok bajingan yang dimaksud.
"Tuduhan-tuduhan yang digulirkan BPN ini tidak lebih dari 'gimmick' dan hoaks, karena pihaknya sendiri sepertinya tidak tahu siapa bajingan yang mereka sebut," kata Karding, di Jakarta, Rabu.
Hal itu disampaikan Karding menanggapi pernyataan Juru Debat BPN, Saleh Partaonan Daulay, yang menyebut Prabowo tak perlu menyebut secara detail identitas bajingan yang dimaksudnya.
Saleh menilai ada orang-orang yang sudah paham siapa bajingan yang tersebut.
"Kan tidak perlu menyebut nama. Dengan berbagai pertimbangan, tidak menyebut nama malah mungkin dianggap lebih bijak. Namun diyakini, ada orang-orang tertentu yang tahu dan paham siapa orang-orang yang dimaksud," ujar Saleh.
Namun bagi TKN, ujar Karding, BPN lebih baik membuka sosok bajingan yang dimaksud agar tuduhan-tuduhan yang digulirkan BPN dapat ditindaklanjuti, bahkan diproses hukum.
"Tentunya dengan disertai alat bukti. Jika tak ada alat bukti, itu sama saja hoaks, info bohong " tegas Karding.
TKN, sambungnya, juga membuka diri untuk membantu BPN menemukan sosok bajingan tersebut.
"Mungkin kami dapat membantu BPN agar yang mereka sebut bajingan itu ditindak. Biar TKN yang melaporkan berdasarkan informasi dari BPN," jelas Karding.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan capres, yaitu no urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan no urut 02 Prabowo-Sandiaga.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019