Bagdad (ANTARA News) - Jumlah warga Irak yang tewas akibat serangan gerilyawan dan sektarian meningkat Oktober, menurut hitungan pemerintah yang diperoleh Kamis, sebagai pukulan terhadap kebijakan sentakan tentara Amerika Serikat (AS) yang telah berusia sembilan bulan. Sedikit-dikitnya 887 warga Irak tewas pada Oktober 2007, sedangkan ada 840 orang dalam September, demikian data yang dikumpulkan oleh kementeian dalam negeri, pertahanan dan kementerian kesehatan setempat. Seperti dalam beberapa bulan sebelumnya, mereka yang tewas itu secara melimpah adalah warga sipil, dengan 758 orang yang dilaporkan tewas, dibanding 116 polisi dan 13 tentara. Korban tewas Oktober itu tetap menurun dengan cepat dari sejumlah 1.770 orang selama Agustus, tapi peningkatan September agaknya membuka kedok bualan Pemimpin AS dan Irak bahwa tindakan keras terhadap kekerasan gerilyawan dan milisi telah menyebabkan berkurangnya secara signifikan jumlah korban tewas. Menteri Keamanan Irak, Shirwan al-Waili, bersikeras bahwa situasi meningkat di Bagdad dan daerah lainnya. "Karena rencana keamanan itu, kekerasan berkurang. Bagdad jauh lebih aman," kata Waili kepada wartawan. Pekan lalu, komandan tentara Irak untuk wilayah Bagdad, Jenderal Abdu Qanbar, memuji apa yang disebutnya sebagai bukti yang meningkat dari keberhasilan Operasi Fardh al-Qanoon (Penegakan Hukum) yang dilancarkan di ibukota, dan daerah sekitarnya sejak Februari 2007. Operasi itu telah menyaksikan pengerahan 28.500 tentara tambahan AS yang diperintahkan ke Irak sebagai bagian dari kebijakan "sentakan" Presiden AS, George W. Bush. "Tingkat operasi teroris telah menurun, dan kehidupan kembali ke kenormalan di banyak bagian di Baghdad," kata Qanbar pada wartawan pada 24 Oktober. Orang kedua dalam komando AS, Letnan Jenderal Ray Odierno, dalam konperensi pers yang sama mengatakan bahwa ada "kecenderungan menurun" dalam serangan. "Serangan bom rakitan, metode teror yang lebih disukai ekstrimis, juga menurun, jauh melebihi 60 persen dalam empat bulan terakhir, dengan khususnya menurun dalam serangan yang mematikan," katanya. Korban Irak itu meningkat setelah serangan Februari 2006 di sebuah Masjid Syiah yang disucikan yang diklaim oleh al Qaida telah memicu kekerasan sektarian. Pemboman di Masjid Al-Askari di kota Samarra di Irak tengah itu menyaksikan peningkatan cepat korban tewas setiap bulan, yang berpuncak pada Januari tahun ini dengan 1.992 kematian dilaporkan oleh ketiga kementerian tersebut. Data statistik kementerian itu sulit dilacak karena para pejabat memperoleh laporan banyak serangan beberapa hari kemudian, demikian laporan AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007