Bandung (ANTARA News) - Penyimpangan prilaku pada usia remaja adalah cermin proses pertumbuhan ataupun perkembangan fisik serta psikis, namun penyimpangan yang berlebih itu, diungkapkan pakar kesehatan anak, sangat rentan terhadap gangguan otak. Pakar Kesehatan Anak dan Remaja, RS Hasan Sadikin Bandung, Prof DR Kusnandi Rusmil di Bandung, Jumat, proses tingkah laku diatur oleh berbagai sumber dari otak, dan ketika ada kelainan tertentu pada otak maka akan berpengaruh terhadap tingkah laku. "Ketika seorang anak mengalami hiper aktif, maka saat memasuki remaja mereka cenderung akan bertingkah laku berlebih, dan cenderung mengarah kepada kenakalan remaja," ujar Ketua Satgas Remaja, Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Dikatakan Kusnandi, gangguan tersebut cenderung akan bertambah berlebih ketika berbagai pengaruh negatif dari luar, seperti lingkungan serta penggunaan narkotika turut merangsang otak anak. Hal tersebut apabila dibiarkan akan merusak kepribadian serta lingkungannya, ucapnya, namun proses dimaksud bisa diredam melalui intervensi berupa penanganan konseling serta tindakan medis lainnya. Pakar Psikologi Universitas Indonesia (UI), Prof Dadang Hawari, mengatakan saat ini berbagai tindakan yang dilakukan dalam penanganan prilaku remaja cenderung masih kurang tepat. Dikatakan, penanggulangan ketergantungan pada narkotika ataupun miras saat ini masih banyak yang menggunakan `metadon` ataupun `subutet`, padahal kedua jenis obat itu mengandung jenis narkotik juga. Menurut Dadang, penggunaan kedua jenis obat itu harus segera bergeser kepada pengobatan dengan menggunakan antipsikotik, antidepresan ataupun anti penkiller berupa golongan `NSID` yang sama sekali tidak mengandung unsur narkotik. Penggunaan ketiga jenis obat itu bisa diselesaikan pada rentang waktu hanya satu minggu karena mampu mematikan serta membuang berbagai racun yang terkandung dalam penggunaan narkotika, ujarnya. Berdasarkan penelitiannya sejak 2000 lalu, rehabilitasi ketergantungan pada narkotika yang lebih disebabkan faktor sugesti para pengguna narkotika bisa diselesaikan pula melalui metode pendekatan agama. "Penelitian yang saya hasilkan ketika seseorang yang memasuki masa rehabilitasi melakukan ibadah sholat penuh lima waktu disertai dzikir, dan menjalankan ibadah sunah lainnya maka daya sugesti yang dimiliknya hanya tinggal enam persen," tandas Dadang.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007