Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Menneg BUMN), Sofyan Djalil, mengganti tiga orang anggota jajaran Direksi PT Garuda Indonesia (Garuda). "Penggantian diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Garuda pada 31 Oktober 2007," kata Kepala Komunikasi Perusahaan Garuda, Pujobroto, dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis. Mereka yang diganti adalah Direktur Teknik Garuda, Sunarko Kuntjoro, Direktur Keuangan, Alex Maneklaran, dan Direktur Jasa, Arya Respati Suryono. Selanjutnya, susunan direksi lengkap Garuda adalah sebagai berikut: -. Direktur Utama: Emirsyah Satar -. Direktur Business Support & Corporate Affairs: Achirina -. Direktur Operasi: Capt Ari Sapari -. Direktur Komersial: Agus Priyanto -. Direktur Teknik: Hadinoto Soedigno -. Direktur Keuangan: Eddy Porwanto -. Direktur Strategy & Information Technology (IT): Elisa Lumbantoruan. Menurut Pujobroto, beberapa muka baru di jajaran direksi Garuda adalah Eddy Porwanto yang sebelumnya menjabat Chief Finance Officer (CFO) PT General Motor Indonesia, dan Elisa Lumbantoruan yang pernah menjabat selaku Presiden Direktur PT Hewlett Packard Indonesia, sedangkan Hadinoto Soedigno sebelumnya adalah Direktur Utama PT GMF-AA. Pujobroto tidak merinci alasan penggantian secara mendadak itu, meski sebelumnya Menneg BUMN Sofyan Djalil sudah mengisyaratkan akan menindak pejabat Garuda, terkait dengan penyegelan enam pesawat oleh Bea Cukai Bandara Soekano-Hatta akhir Oktober lalu. Ketika dikonfirmasi melalui pesan singkat (Short Message Service/SMS), Emirsyah Satar menegaskan, alasan penggantian merupakan kewenangan pemegang saham. Sementara itu, Ketua Bidang Humas Serikat Karyawan Garuda (Sekarga), Tommy Tampaty mempertanyakan perombakan itu yang dinilai pemerintah masih merahasiakan "sesuatu". "Perombakan dilakukan pada RUPS Luar Biasa pada Rabu malam (31/10) dan sangat rahasia," katanya. Tommy menilai, seharusnya yang diganti adalah Dirut Garuda Emirsyah Satar, karena kekacauan manajemen selama ini adalah tanggung jawabnya. "Kasus terakhir yang memalukan adalah penyegelan enam pesawat Garuda oleh Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan hal sepele dan tak perlu terjadi," demikian Tommy. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007