Jakarta (ANTARA) - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mensosialisasikan panduan pencegahan korupsi untuk dunia usaha sektor jasa keuangan dan kesehatan di gedung Pusat Edukasi Antikorupsi (ACLC) KPK, Jakarta, Selasa.

"Hari ini kami undang untuk mereka, sama-sama nanti dengan KPK melaksanakan bisnis yang profesional dan berintegritas, kalau bahasanya KPK, integritas itu kan berarti tidak 'corrupt', tidak nipu harus jujur, harus adil, dan seterusnya," kata Wakil Ketua KPK Saut Situmorang.

Di depan para pelaku usaha, ia mengatakan bahwa peran sektor swasta di setiap negara bisa mencapai 90 persen.

"Private sector' itu perannya di setiap negara itu bisa ada yang sampai 90 persen atau kebalikan tetapi bagi kita dengan peran swasta yang begitu besar itu bagaimana mereka menjaga level persaingannya menjadi sama, kalau persaingannya tidak adil mau bagaimana?," ucap Saut.

Oleh karena itu, kata dia, KPK akan menjaga persaingan pada sektor swasta untuk menghindari adanya tindak pidana korupsi.

"Supaya mereka semua memiliki kesempatan yang sama, kalau tidak memiliki kesempatan yang sama kan biasanya yang satu karena "nyogok", yang satu karena ada "conflict interest", akhirnya adalah tindak pidana korupsinya. Itu sebabnya mereka kita beri keyakinan percaya diri ini lho kalau kamu melakukan ini KPK akan menjaga," ujarnya.

Untuk menghindari adanya tindak pidana korupsi itu, kata dia, KPK selalu melakukan sosialisasi agar bisnis pada sektor swasta itu dilakukan dengan adil, tidak ada "fraud" atau kecurangan, dan tidak ada isu-isu korupsi.

"Untuk menjaga itu kita harus selalu melakukan sosialisasi-sosialisasi. Ada standar-standar yang harus mereka lakukan syarat-syaratnya di perusahaan itu harus ada apa saja, contohnya adalah bahwa mereka pernah melakukan pakta inegritas dan lain-lain yang memungkinkan "fraud" itu menjadi lebih kecil," ungkap Saut.

Lebih lanjut, ia juga mengingatkan kepada peserta yang ikut sosialisasi tersebut bahwa korupsi jangan dilihat dari besar kecilnya uang.

"Saya tadi dijelaskan kepada peserta bahkan di Singapura, 1 dolar saja sopir truk "nyogok" sopir forklift itu masalah itu apa lagi "nyogok" pegawai negeri atau yang lain-lain. Jadi ini kerjanya panjang, kerjanya banyak yang harus kita benahi. Hari ini baru jalan kecil dari langkah panjang yang harus kita lakukan," kata dia.

Baca juga: KPK akan fasilitasi tahanan untuk mencoblos
Baca juga: KPK panggil dua saksi kasus suap Bowo Sidik Pangarso
Baca juga: KPK panggil Direktur Adhi Karya terkait kasus proyek SPAM

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2019