"Pilih yang memiliki kemampuan nalar (kecerdasan, red.) untuk menetapkan kebijakan yang menyangkut rakyat dan kemaslahatan mereka," kata dia dalam jumpa pers di Gedung MUI, Jakarta, Selasa.
Selain itu, dia mengajak umat memilih calon pemimpin dengan pertimbangan pasangan memiliki kemampuan, ketahanan fisik dan mental dengan landasan iman dan takwa.
Dengan begitu, kata dia, yang bersangkutan mampu untuk menyelesaikan berbagai krisis dan menetapkan hukum serta kebijakan secara benar.
Zainut juga mendorong umat Islam Indonesia menggunakan hak pilihnya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab sesuai hati nurani.
"Pilih pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur, terpercaya, aktif dan aspiratif, mempunyai kemampuan dan memperjuangkan kepentingan umat Islam," katanya.
Waketum MUI Yunahar Ilyas mengajak para ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat agar memerankan diri sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Mereka, kata dia, agar aktif menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, tenang, damai, penuh persaudaraan serta menumbuhkan kepercayaan terhadap lembaga penyelenggara pemilu.
Para figur publik, kata dia, juga mendorong umat menggunakan hak pilihnya.
Bagi umat Islam, Yunahar mengimbau agar tetap menjaga "ukhuwah Islamiyah" (persaudaraan sesama umat Islam) yang kuat dan erat meski berbeda pilihan politik.
"Hindari segala sikap dan perilaku yang mengarah pada terjadinya pembelahan, perpecahan dan permusuhan antarumat," katanya.
Untuk khalayak umum, dia mengimbau masyarakat tetap menjaga "ukhuwah wathaniyah" (persaudaraan sesama anak bangsa), saling menghormati dan memuliakan meskipun berbeda pilihan politiknya.
Hal itu, kata dia, demi tetap terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah NKRI yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019