Kediri (ANTARA News) - Kendati diguncang ratusan kali kegempaan dalam sehari, namun belum mampu menjebol sumbat lava setebal 700 meter yang berada di bawah dasar danau kawah Gunung Kelud. "Kami tidak mengerti mengapa kegempaan yang relatif meningkat ini belum mampu juga menjebol sumbat lava di dasar danau kawah," kata Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Kelud, Umar Rosadi, saat memberikan keterangan pers di Balai Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jatim, Kamis sore. Ia menyebutkan, dalam sehari telah terjadi 703 kegempaan, meliputi 14 kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 19,5 milimeter, 607 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitido enam milimeter, 80 kali gempa tremor, dan dua kali gempa tektonik jauh. "Ini merupakan fase kritis ketiga sejak status Awas ditetapkan dan sampai sekarang kegempaan itu masih terus terjadi," katanya menjelaskan. Dalam kritis ketiga ini, lanjut dia, kegempaannya lebih parah dibandingkan dua fase kritis sebelumnya, pada 16 dan 19 Oktober 2007 lalu dengan 300 sampai 510 kali kali kegempaan. "Demikian juga kritis kali ini jauh lebih parah ketimbang sebelum terjadinya letusan 10 Februari 1990 silam," katanya menambahkan. Pada saat itu, kata dia, kegempaan terjadi sebanyak 327 kali dengan amlitudo gempa vulkanik dangkal mencapai tiga milimeter dan vulkanik dalam mencapai 15 milimeter pada pukul 08.00 WIB, dua jam kemudian terjadi letusan. "Mungkin sekarang ini energi kegempaannya kurang sehingga tidak mampu menjebol sumbat lava yang berada satu kilometer di bawah dasar danau kawah," katanya memperkirakan. Sementara itu dari waktu ke waktu suhu air danau kawah Gunung Kelud terus mengalami peningkatan, yakni 39,7 derajat celsius pada kedalaman 15 meter, 38,4 derajat celsius di kedalaman 10 meter, dan 38,5 derjat celsius di bagian permukaan. Sebelumnya suhu air danau kawah Gunung Kelud yang berada di ketinggian 1.114 meter dari permukaan laut itu teramati 39,6 derajat celsius (15 meter), 38,3 derajat celsius (10 meter), dan 37,2 derajat celsius (permukaan). "Kami tidak tahu apakah masa kritis ini masih terus berlanjut dan diikuti oleh letusan, ataukah akan berhenti beberapa saat atau selamanya. Kami akan terus mengamati aktifitas yang terjadi di dalam kawah," kata Umar Rosadi.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007