Kandahar (ANTARA News) - Pasukan Afghanistan dan NATO membunuh 50 Taliban dalam pertempuran tiga hari dan mengepung 200 gerilyawan yang menduduki rumah-rumah sipil di Afghanistan selatan, kata polisi, Rabu. Penduduk sipil melarikan diri menggunakan sepeda-motor, traktor, mobil dan binatang, dengan membawa barang-barang mereka di tengah berkobarnya pertempuran di tiga desa di distrik Arghandab, di luar Kandahar, kata kepala kepolisian Sayed Aqa Saqib. "Lima-puluh Taliban tewas, sekitar 50 cedera dan 12 Taliban, termasuk dua orang yang cedera, ditangkap," kata Saqib kepada AFP, dengan menambahkan bahwa pihak berwenang tidak memiliki mayat gerilyawan yang tewas itu. Kepala kepolisian itu pada Selasa malam menyatakan bahwa jumlah Taliban yang tewas mencapai 20. Ia mengatakan, lebih dari 200 gerilyawan dikepung oleh pasukan Afghanistan dan internasional yang memerangi pemberontakan sengit yang dikorbarkan Taliban, "Mereka menggunakan rumah=rumah sipil sebagai tempat berlindung. Kami melakukan operasi kami dengan sangat hati-hati agar tidak mencederai warga sipil. Puluhan keluarga meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri," katanya. Sejumlah pejabat mengatakan, Selasa, pasukan Afghanistan dan NATO meluncurkan operasi pembersihan di distrik Arghandab untuk membebaskan daerah itu dari pemberontak Taliban, namun belum ada pernyataan segera dari NATO. Jumlah korban itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen. Jurubicara Taliban Yousuf Ahmadi mengatakan, Selasa, kelompok gerilya itu berhasil menguasai distrik Arghandab. Klaim tersebut dibantah oleh pasukan Afghanistan dan NATO. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001. Pemberontakan mereka memuncak tahun ini dengan meningkatnya serangan-serangan dan lebih dari 5.000 orang tewas, sebagian besar gerilyawan yang berperang untuk Taliban. Gerilyawan Taliban mendalangi sebagian besar dari 120 serangan bom bunuh diri di Afghanistan tahun ini yang umumnya ditujukan pada pejabat pemerintah dan prajurit internasional serta pasukan keamanan Afghanistan. Meningkatnya jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO yang saat ini mencakup 37.000 prajurit dari 37 negara.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007