Bandung (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Kelud, Kamis (1/11), kembali ke fase `kritis`, dengan meningkatnya kegempaan serta peningkatan suhu danau kawah gunung itu. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, di Bandung, Kamis, menyebutkan berdasarkan laporan tim PVMBG di Pos Pengamatan Gunung Api Kelud sejak pukul 06.00 WIB hingga 10.00 WIB terjadi "swam" atau rangkaian gempa sebanyak 322 kali. "Gunung Kelud kembali ke fase kritis, seperti peningkatan aktivitas yang terjadi pada 16 dan 19 Oktober lalu," kata Surono. Menurut dia, rangkaian kegempaan yang terjadi pada Kamis pagi itu lebih banyak dari kegempaan yang terjadi pada 16 Oktober 2007 lalu yang tercatat sebanyak 306 kali dalam tempo lima jam. Sedangkan suhu air danau kawah Gunung Kelud tercatat peningkatan menjadi 39,06 derajat Celsius pada kedalaman 15 meter, 38,03 derajat Celsius pada kedalaman 10 meter dan 37,2 derajat Celsius pada bagian permukaan. "Rencananya hari ini (Kamis 1/11) kami akan menarik sebagian tim PVMBG yang sudah lama berada di PGA gunung itu, tapi dengan kondisi aktivitas gunung yang kembali meningkat, tidak jadi ditarik. Mereka diperkuat tim tambahan dari Bandung," kata Surono. Secara teori, dengan aktivitas kegempaan seperti itu, seharusnya Gunug Kelud dalam posisi meletus. Namun, menurut Surono, besar kemungkinan leher magma di kawah Gunung Kelud menyempit sebagai akibat letusan yang terjadi 1990 lalu, sehingga butuh energi yang besar untuk terjadi letusan. "Tidak menutup kemungkinan energinya kecil, sehingga tidak terjadi letusan. Terlepas dari itu semua, status Kelud masih awas dan masyarakat di sekitar gunung diminta tetap di pengungsian," katanya. Dengan aktivitas gunung itu, Surono menegaskan pihaknya tidak ada toleransi atau pengecualian dari instruksi mengungsi bagi warga di sekitar Kelud. "Tak ada kesepakatan-kesepakatan atau pengecualian tentang rekomendasi itu. Sejarah letusan Kalud itu besar dan periode penantiannya cukup panjang," kata Surono. Harap bersabar Ia meminta masyarakat di sekitar Gunung Kelud untuk bersabar. Ia mencontohkan tidak hanya pengungsi Kelud yang harus lama di pengungsian, namun juga para pengungsi Gunung Galunggung (Tasikmalaya, 1980-an) dan pengungsi Gunung Merapi juga lama mengungsi. Surono menyebutkan periode pasca letusan Gunung Galunggung itu berlangsung sektiar setahun, sedangkan Gunung Merapi selama empat bulan. "Karakter gunung itu bervariasi, ada periode letusannya yang panjang ada yang masa penantian pra letusannya yang lama. Hanya Allah yang tahu tentang situasi Kelud ke depan," katanya. Lebih lanjut Surono menyebutkan bahaya Gunung Kelud itu terdiri dari lava pijar, hujan vulkanik, awan panas, CO2, kerikil dan batuan serta yang lainnya. Selain siaga di Gunung Kelud, PVMBG masih menahan status "siaga" (level III) untuk tiga gunung lainnya, yakni Gunung Anak Krakatau, Soputan dan Gunung Karangetang. "Tingkat bahaya letusan gunung itu tidak seberapa, ketiganya status siaga," katanya menambahkan. (*)

Copyright © ANTARA 2007