Islamabad (ANTARA News) - Seorang pembom bunuhdiri membenturkan sepeda motor yang membawa bom ke sebuah bus yang mengangkut para pejabat angkatan udara Pakistan, Kamis, menewaskan paling tidak delapan orang dan mencederai 40 lainnya. Serangan di provinsi Punjab itu berlangsung saat Presiden Pervez Musharraf menunggu keputusan penting Mahkamah Agung, yang diperkirakan akan dikeluarkan pekan ini, tentang apakah kemenangannya dalam pemilihan presiden 6 Oktober sah atau tidak. Jurubicara Kementerian Dalam Negeri, Brigjen Javed Cjeema, mengatakan delapan perwira angkatan udara tewas dan sekitar 40 lainnya cedera. "Itu adalah serangan bunuh diri dan sasarannya bus yang membawa para pejabat angkatan udara," kata jurubicara militer Mayjen Waheed Arshad kepada AFP. Pada Selasa, satu serangan bunuh diri dekat kantor militer Musharraf di kota garnisun Rawalpindi menewaskan tujuh orang, dan polisi mengatakan aksi itu mempunyai hubungannya dengan jaringan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dan Taliban. Penguasa militer Musharraf, sekutu penting AS yang merebut kekuasaan dalam kedeta tahun 1999, berjanji akan mengundurkan diri sebagai panglima militer 15 Nopember jika ia terpilih kembali sebagai presiden. Dalam perkembangan lainnya, mantan PM Benazir Bhutto mengatakan ia menangguhkan kunjungan yang telah direncanakan ke Dubai, sehubungan adanya kabar bahwa Musharraf kemungkinan memberlakukan keadaan darurat. Ia pulang ke Pakistan 18 Oktober setelah delapan tahun tinggal di pengasingan, tetapi hanya beberapa jam kemudian pawai menyambut kedatangannya di kota Karachi jadi sasaran serangan bom bunuh diri yang menewaskan 139 orang. "Saya menunda rencana saya ke Dubai untuk melihat keluarga saya dan anak-anak setelah adanya kabar dan spekulasi tentang pemberlakuan keadaan darurat di Pakistan," kata Benazir kepada suratkabar-suratkabar di rumahnya di Karachi. "Saya telah berkonsultasi dengan para pejabat partai dan memutuskan untuk tetap tinggal." Ia mengatakan keputusannya adalah "karena rumor-rumor tentang kemungkinan pemberlakuan keadaan darurat, mengingat perkara yang belum diputuskan tentang keabsahan terpilihnya Musharraf dalam pemilihan presiden lalu." Tidak ada segera reaksi dari pemerintah mengenai pernyataan-pernyataan Benazir itu. Musharraf hampir memberlakukan keadaan darurat di Pakistan Agustus lalu di tengah-tengah gelombang aksi kekerasan kelompok garis keras Islam dan konflik politik yang meningkat, termasuk konfrontasi dengan Ketua Mahkamah Agung Pakistan. Aksi kekerasan dari kelompok garis keras meningkat di Pakistan sejak Juli, ketika pasukan pemerintah menangkap para anggota kelompok garis keras yang menduduki Masjid Merah di Islamabad dan perjanjian perdamaian ambruk di daerah suku. Serangan-serangan bom yang mematikan di Karachi semakin meningkatkan temperatur politik dan pernyataan Benazir membuat keraguan menyangkut perjanjian pembagian kekuasaan dengan Musharraf. Mantan PM itu menyambut baik tindakan ketua Mahkamah Agung Mohammad Choudhry untuk membuka penyelidikan atas serangan-serangan itu setelah hakim itu menyatakan ketidak sabarannya dengan lambatnya penyelidikan polisi. (*)
Copyright © ANTARA 2007