"Dengan konek inovasi BPPT dan juga industri saya kira bisa meningkatkan hilirisasi karet Indonesia," kata Bawazier di Cirebon, Senin, saat menghadiri Louncing Komersial Pabrik "rubber airbag" di PT SLP.
Menurut dia, adanya inovasi "rubber airbag" diharapkan bisa menyerap karet dalam negeri yang saat ini masih sangat minim.
Karena lanjut Bawazier, produksi karet di Indonesia per tahunnya bisa mencapai 3,5 juta tone, sedangkan yanh diserap oleh kalangan industri baru sekitar 19 persennya saja.
"Saat ini produksi karet dalam negeri secara nasional itu mencapai 3,5 juta tone per tahun dan itu belum bisa terserap oleh industri dalam negeri," ujarnya.
Dia menjelaskan untuk saat ini industri yang bisa menyerap produksi karet nasional terbanyak adalah industri ban yaitu 280 ribu tone dan yang kedua industri vulkanisir sebanyak 90 ribu tone.
Selain itu dengan adanya produksi "rubber airbag" kata Bawazier juga bisa menekan impor produk serupa, di mana selama ini produk tersebut 100 persen impor.
"Dengan adanya produksi 'rubber airbag' dalam negeri ini bisa menghentikan impor dari yang semula itu 100 persen," katanya.
Sementara Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan pihaknya bekerja sama dengan PT Samudera Luas Paramacitra (SLP) melakukan rekayasa teknologi material dengan menghadirkan inovasi produk 'rubber airbag' atau peluncur kapal untuk membendung impor dari negara lain.
"Hadirnya inovasi 'rubber airbag' hasil pengembangan BPPT dan industri lokal ini jelas menjadi pengganti produk impor, serta meninggikan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)," katanya.
Hammam mengatakan selama ini Indonesia masih mengimpor produk 'rubber airbag', karena memang belum ada industri yang membuatnya. Dan melalui PT SLP yang bekerja sama dengan BPPT ini diharapkan bisa menekan impor produk serupa.
Menurutnya berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Maret 2013) Indonesia memiliki kurang lebih 12.047 kapal, yang pada saatnya harus direparasi pada 240 galangan kapal yang tersebar di seluruh Nusantara.
Melihat potensi yang ada tentunya sangat dibutuhkan produk "rubber airbag", untuk membantu proses reparasi dan pembuatan kapal baru.
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019