Lampung (ANTARA) - Bekas terjangan tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018, yang dipicu oleh erupsi Gunung Anak Krakatau, masih tersisa di Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.

Puing-puing bangunan dan barang yang hancur akibat terjangan tsunami terserak di beberapa bagian pesisir Pulau Sebesi, daerah yang paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau.

Meski demikian, warga pulau itu sudah melakukan kegiatan sehari-hari sebagaimana biasa pada akhir Maret 2019.

Sore hari, anak-anak Pulau Sebesi asyik bermain di pantai dekat dermaga Regahan Lada di Desa Tejang, tempat sandar perahu-perahu tradisional pengangkut barang dan orang.

Sebagian anak berenang, sesekali adu kecepatan menyelam untuk mengambil lemparan batu dari temannya, yang lain bermain pasir di tepi pantai.

Sementara orang-orang dewasa di pedusunan Pulau Sebesi, yang umumnya menggantungkan hidup pada hasil bumi, melewatkan sore dengan mengobrol di pekarangan, atau menjemur biji kakao.

"Pascatsunami tiga bulan lalu, aktivitas warga normal seperti biasa. Ada yang bertani, (menjadi) guru, nelayan, nakhoda kapal, dan lainnya," kata Ikhin, warga Dusun Regahan Lada.

Rasa cemas dan kekhawatiran memang masih tersisa dalam benak warga yang menyaksikan tsunami menerjang Pulau Sebesi, merusak rumah dan membuyarkan warga yang malam itu sedang bersantai sambil menikmati kopi di bibir pantai.

Namun sisa kekhawatiran itu tidak sampai mengganggu kehidupan keseharian mereka.

Sebagaimana warga di bagian Indonesia yang lain, penduduk Pulau Sebesi juga merasakan keriaan menjelang pesta demokrasi lima tahunan bulan April mendatang.

Alat peraga kampanye seperti spanduk dan bendera partai, gambar-gambar calon anggota legislatif serta calon presiden dan wakil presiden sudah dipasang di tempat-tempat seperti perempatan jalan, perahu nelayan, sampai rumah warga.

Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Tejang sudah mendata penduduk yang memenuhi syarat untuk menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum tahun ini.

Ketua PPS Desa Tejang Ahmad Yani menyebutkan bahwa ada 1.948 orang yang terdaftar sebagai pemilih tetap pada Pemilu 2019 di Pulau Sebesi.

"Terdiri atas 1.003 pemilih laki-laki dan perempuan sebanyak 944 orang," katanya.

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk delapan tempat pemungutan suara yang ada di Desa Tejang juga sudah dibentuk.

Barang-barang untuk keperluan pemungutan suara, menurut Ahmad Yani, akan dibawa menggunakan perahu dari Dermaga Canti menuju Pulau Sebesi dengan kawalan petugas PPS, Panitia Pengawas Lapangan dan polisi.

Pada 15 April, dia melanjutkan, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) akan mengirimkan barang-barang logistik keperluan pemilu ke desa untuk didistribusikan ke PPS keesokan harinya.

Ketua Komisi Pemilihan Umum Provinsi Lampung Nanang Trenggono mengatakan persiapan penyelenggaraan pemungutan suara di Pulau Sebesi telah dilakukan sejak jauh hari.

"Untuk logistik saat ini masih ada di kabupaten/kota dan tanggal 10 April baru diluncurkan pertama kalinya, dan pada 12 April ada peluncuran serentak dari 15 kabupaten/kota," katanya.

Nanang menjelaskan berdasarkan pemetaan Badan Pengawas Pemilu, Pulau Sebesi masuk dalam kategori daerah rawan sebagaimana Pulau Pisang dan Way Haru (Pesisir Barat), Pahawang dan Legundi (Pesawaran), Rebang Tangkas (Waykanan), serta Kuala Mesuji, Teluk Gedung, Minak Jebi, dan Mataram Udik di Lampung Tengah.

"Daerah tersebut geografisnya membutuhkan transportasi yang aman untuk distribusi dan pengamanan kotak suara mengingat lokasinya yang sulit dijangkau," katanya.

Baca juga: Melawan riam sungai demi pesta demokrasi

Buruh angkut tengah menurunkan pisang menuju kapal perahu yang akan dikirim Ke Pelabuhan Anyer, Banten, melalui Pelabuhan Pulau Sebesi, Lampung Selatan. (ANTARA/Agus Wira Sukarta)


Pemilu Aman

Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri mengatakan semua pihak memegang tanggung jawab untuk mendukung pelaksanaan pemilu yang aman dan damai.

Pelaksanaan pemilihan umum, ia mengatakan, harus memenuhi prinsip mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, profesional, akuntabel, efektif, dan efisien sebagaimana amanat undang-undang.

Selain itu, ia melanjutkan, warga harus bisa menyalurkan aspirasi politik tanpa tekanan, intimidasi, dan ancaman dalam pemilihan umum.

"Salah satu bagian terpenting dari sebuah proses pemilu adalah peran dan partisipasi masyarakat," katanya.

Dia menyebutkan adanya fluktuasi partisipasi masyarakat Lampung dalam pemilihan umum.

"Ini terlihat dari beberapa hasil pelaksanaan pemilu dan pilkada sebelumnya," katanya.

Pada pemilihan gubernur dan anggota legislatif tahun 2014, ia menjelaskan, jumlah pemilih tercatat sekitar 5,8 juta dengan tingkat partisipasi 76,14 persen.

Sementara pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 jumlah pemilih sekitar 5,9 juta dengan tingkat partisipasi 72,97 persen.

Pada pemilihan umum tahun ini, pemerintah menargetkan tingkat partisipasi pemilih secara nasional sampai 77,5 persen, dan optimistis bisa mencapainya.

Para petugas penyelenggara pemungutan suara di Pulau Sebesi juga optimistis warga akan mendatangi tempat-tempat pemungutan suara untuk menggunakan hak pilih pada 17 April, termasuk 53 orang yang karena satu dan lain hal harus mencoblos di luar pulau.

Baca juga: Merawat kultur budaya Toraja di tengah pesta demokrasi

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019