Ambon (ANTARA) - Arus Balik, sebuah komunitas literasi di Ambon, membuka lapak baca gratis yang menyediakan buku-buku bacaan untuk berbagai usia dan kalangan, guna mendorong gerakan cinta membaca.
Lapak itu dibuka di kawasan taman Pattimura setiap Sabtu dan Ahad sore hingga malam, untuk digunakan masyarakat yang sedang menghabiskan akhir pekan.
Muhammad Acep Ode dari Komunitas Arus Balik, Sabtu, mengatakan ide untuk membuka lapak baca bermula dari keprihatinan terhadap mulai menurunnya minat dan kecintaan membaca buku akibat semakin masif penggunaan telepon pintar untuk mendapatkan informasi.
Berangkat dari hal tersebut, komunitas Arus Balik mulai membuka lapak baca gratis pada 2017 dengan bermodalkan buku-buku milik anggota komunitas. Saat ini Arus Balik sudah punya lebih dari 500 buku hasil sumbangan dari berbagai pihak.
"Kami semua suka membaca hanya untuk kesenangan pribadi, tapi lama-lama kami pikir kenapa hal positif ini tidak ditularkan juga kepada orang lain. Kami memilih taman Pattimura sebagai lokasi lapak baca karena setiap akhir pekan paling ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai kalangan dan usia," kata Acep.
Lapak baca Arus Balik terlihat sederhana, buku-buku yang disediakan hanya diletakan di atas karpet biru tua seluas 2x4 meter tanpa dipayungi tenda dan semacamnya.
Karena itu jika tiba-tiba turun hujan, lapak baca pindah ke tribune Lapangan Merdeka yang berada tak jauh dari kawasan Taman Pattimura.
Kendati sederhana, lapak baca Arus Balik selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat khususnya pelajar dan mahasiswa.
Dalam sehari bisa ada lebih dari 20 orang yang menyambangi lapak baca itu, baik untuk membaca atau sekedar melihat-lihat buku-buku yang disediakan.
"Buku-buku kami gelar di atas karpet agar memudahkan pengunjung untuk melihat-lihat dan memilih bacaan yang disukai. Tiap dua pekan buku-bukunya kami ganti agar pembaca bisa memiliki lebih banyak pilihan bacaan," ucap Acep.
Tidak hanya menyediakan buku-buku bacaan gratis, Arus Balik kata Acep, juga sering menggelar berbagai kegiatan yang berkaitan dengan literasi, semisal diskusi buku dan lomba membuat puisi bagi kalangan mahasiswa.
Selain bertujuan meramaikan lapak baca Arus Balik, aktivitas tersebut juga dilaksanakan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap budaya literasi di kalangan mahasiswa.
"Dua tahun lalu kami buka hanya tiap Sabtu, awalnya yang mengunjungi lapak baca kami tak sebanyak sekarang. Dulu ada seorang nenek yang jadi pengunjung tetap kami, tapi sekarang beliau sudah jarang muncul," ujarnya.
Bicara soal komunitasnya, menurut Acep, Arus Balik dibentuk oleh dirinya dan enam orang lainnya, yakni Tezar Makaneny, Suhandi Hasan, Irfandi Madi, Vandika Purnomo, Eko Sutrisno dan Muhammad Yusuf pada 2016.
Nama komunitas mereka terinspirasi dari novel sejarah "Arus Balik" karya Pramoedya Ananta Toer yang diterbitkan pada 1995.
"Kebetulan kami semua suka tulisan-tulisannya Pramoedya, bukunya yang berjudul Arus Balik terdengar sangat cocok dengan semangat kami untuk mendorong gerakan cinta membaca buku," kata Acep.
Baca juga: iJakarta luncurkan gerakan "Baca Buku Bareng"
Baca juga: Budaya baca dinilai rendah, padahal ada Gerakan Literasi Sekolah
Baca juga: Aceh Besar luncurkan GIM dan Kampong Literasi
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019