Simulasi itu diselenggarakan oleh Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) bersama KAPAL Perempuan dan Migrant CARE.
Deputi Sekretaris Jenderal Bidang Program Koalisi Perempuan Indonesia Sutriyatmi mengatakan simulasi pemilu juga diadakan untuk mengidentifikasi kesenjangan akses yang dialami kelompok perempuan penyandang disabilitas, lansia, dan pemilih pemula.
Simulasi melibatkan 15 perempuan dan kelompok rentan seperti perempuan penyandang disabilitas, lansia, ibu rumah tangga, perempuan miskin kota, perempuan muda, buta aksara, dan lain-lainnya.
Kerumitan dan luasnya cakupan Pemilu 2019 serta kurangnya akses informasi bagi perempuan dan kelompok rentan, berpotensi menimbulkan kerawanan tidak sahnya suara mereka.
Dari hasil simulasi tersebut, banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam mencoblos karena pemilu kali ini memberikan lima surat suara, atau empat suara bagi penduduk DKI.
Beberapa peserta juga merasa pemilu kali ini cukup rumit, mulai dari surat suaranya yang banyak, bilik suara dinilai terlalu kecil untuk surat suara yang terlalu besar hingga kesulitan untuk memasukkan kertas ke dalam surat suara.
Koalisi Perempuan menghitung waktu yang dibutuhkan satu orang untuk mencoblos, perempuan tanpa kerentanan membutuhkan waktu hingga lima menit, sementara kelompok lainnya membutuhkan waktu hingga tujuh menit untuk mencoblos.
Hasil dari simulasi tersebut akan dijadikan rekomendasi bagi Komisi Pemilihan Umum untuk perbaikan.*
Baca juga: Polda-KPU Papua Barat gelar simulasi pencoblosan
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019