Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto mengatakan tokoh pemimpin dari generasi yang berbeda harus bersinergi untuk dapat membawa bangsa Indonesia menuju kesejahteraan dan menghindari adanya dikotomi antar tokoh tua dan muda dalam kepemimpinan bangsa. "Yang perlu diperhatikan sekarang adalah bagaimana merubah dikotomi tersebut menjadi sebuah sinergi untuk memperkuat bangsa. Kalau kita terjebak pada dikotomi itu maka kita rugi," kata Wiranto, di Jakarta, Rabu, ketika ditemui disela-sela deklarasi pembentukan Komite Bangkit Indonesia, yang juga dihadiri sejumlah tokoh politik serta akademisi, di Gedung auditorium Perpustakaan Nasional. Menurut Wiranto, kemungkinan terjadinya dikotomi antara kaum muda dan tua harus diwaspadai jangan sampai menjadi sumber perpecahan bangsa. "Tokoh pemimpin muda kita butuhkan untuk menatap masa depan bangsa kita. Tetapi tatkala kita terjebak dalam dikotomi tokoh tua dan muda, maka kita melakukan kesalahan," tuturnya. Kaum muda, katanya, sudah saatnya ditempatkan sebagai kader bangsa untuk memimpin. Kemunculan pemimpin dari kaum kuda juga harus didukung. Namun, ujar Wiranto, para kaum muda yang akan duduk di pemerintahan harus memiliki pengalaman dan kompeten. "Silahkan saja munculkan (pemimpin dari kaum muda). Tetapi dalam pemilihan pemimpin ada aturan mainnya yaitu melalui kompetisi," ujarnya. Saat ini, katanya, Partai Hanura yang dipimpinnya telah memiliki kader-kader muda yang siap untuk memimpin. "Pasti akan kita tampilkan (tokoh pemimpin muda). Kita memiliki banyak tokoh muda. hanya saja, kita harus melihat kapasitasnya. Kita tidak boleh menampilkan tokoh muda yang jauh dari kapasitasnya," kata Wiranto. Sementara itu, ditemui dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pertimbangan DPP PDIP, Taufik Kiemas mengatakan tokoh pemimpin muda dipersilahkan maju di pemerintahan dengan syarat mampu mempersatukan bangsa Indonesia dan menegakkan demokrasi. "Dan demokrasi itu melalui partai politik," ujar Taufik.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007