Denpasar (ANTARA News) - Harga beras di Indonesia yang rata-rata berkisar Rp4.200-Rp5.000 per kilogram, ternyata telah mencapai 30 persen di atas rata-rata harga di dunia.
Beras dengan tingkat kerusakan (broken) 15 persen, di Vietnam kini hanya sekitar 330 dolar AS atau Rp2,97 juta (kurs Rp9.000) per ton atau Rp2.970 per kilogram dan di Thailand berkisar 340-350 dolar AS per ton atau antara Rp3.061-Rp3.150 per kilogram.
Demikian terungkap pada forum reguler pedagang beras dunia, World Rice Commerce 2007 di Westhin Resort, Nusa Dua, Bali, Rabu, yang diikuti 153 peserta pengusaha dan wakil pemerintah dari berbagai negara.
Menurut Dirut Perum Bulog, Mustafa Abubakar, melihat perkembangan harga beras dunia tersebut maka harga pembelian pemerintah (HPP) beras Rp4.000 per kilogram tidak perlu dinaikkan lagi.
"Kita dituntut menyesuaikan dengan perkembangan harga dunia, dengan harapan paling tidak tahun 2009 sudah dapat menyamai harga dunia dan mempersiapkan ekspor jika produksi dalam negeri berlebih," katanya.
Selain itu, impor beras yang tahun 2007 diprogramkan 1,3 juta ton dan sudah direalisasikan satu juta ton, diharapkan tahun 2008 tidak sebanyak itu lagi.
"Kami masih menunggu hasil survei produksi dan kebutuhan beras di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, guna menentukan kebutuhan impor beras mendatang," ucapnya.
Pemerintah diharapkan terus mendorong peningkatan produksi beras hingga mampu memenuhi kebutuhan nasional, selain memberi pemahaman kepada petani soal harga beras yang perlu disesuaikan dengan harga dunia.
Dengan demikian nantinya bisa cepat menyesuaikan dengan harga dunia dan memiliki harapan mengekspor beras seiring peningkatan kebutuhan pangan dunia yang tak sebanding dengan kenaikan jumlah populasi (penduduk dunia).
Mengenai stok beras nasional, Mustafa Abubakar menambahkan, kini tersedia 1,2 juta ton, sehingga aman hingga memasuki 2008. "Stok ini tergolong tinggi dibandingkan pada akhir 2006 yang hanya 400 ribu ton," ucapnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007