New York (ANTARA) - Harga minyak dunia naik sekitar 1,5 persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) karena data ketenagakerjaan AS yang kuat mengurangi kekhawatiran tentang melemahnya permintaan minyak mentah global dan ekspektasi bahwa konflik yang meningkat di Libya dapat memperketat pasokan minyak.
Optimisme bahwa Washington dan Beijing mendekati kesepakatan perdagangan juga mendorong harga minyak mentah lebih tinggi.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni, naik 0,94 dolar AS atau 1,35 persen menjadi ditutup pada 70,34 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Patokan global menyentuh tertinggi sesi 70,46 dolar AS, yang terkuat sejak 12 November.
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei. naik 0,98 dolar AS atau 1,58 persen, menjadi menetap pada 63,08 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Pada awal sesi, WTI mencapai 63,24 dolar AS, tertinggi sejak 6 November.
Brent mencatat kenaikan minggu kedua berturut-turut, sementara WTI melihat kenaikan mingguan kelima berturut-turut.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja pada Maret mencatat kenaikan dari level terendah 17-bulan.
"Data ini akan cukup untuk membuat kita tetap di atas level 60 dolar AS selama beberapa minggu," kata Josh Graves, ahli strategi komoditas senior di RJO Futures di Chicago.
Aksi militer di Libya, yang dapat mengganggu pasokan dari anggota OPEC tersebut, juga membantu mengangkat harga minyak mentah.
Pada Kamis (4/4/2019), komandan Libya Timur, Khalifa Haftar, memerintahkan pasukannya untuk berdefile di Tripoli, meningkatkan konflik dengan pemerintah yang diakui secara internasional.
"Situasi yang berkembang di Libya juga mendukung, tetapi, untuk saat ini minyak terus mengalir dan kemungkinan akan terus berlanjut," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Minyak mentah berjangka juga menerima dorongan dari berita tentang potensi perlambatan produksi minyak mentah dari Venezuela, karena sanksi-sanksi AS dan pemadaman energi menghantam industri minyak negara OPEC.
Perusahaan minyak milik negara Venezuela, PDVSA, memperkirakan kilang peningkatan (upgraders) minyak mentahnya beroperasi jauh di bawah kapasitas bulan ini, menurut sumber industri dan dokumen yang dilihat oleh Reuters.
Venezuela bergantung pada peningkatan grade minyaknya untuk mengkonversi minyak mentah ekstra-berat yang diproduksi di Orinoco Belt menjadi nilai ekspor yang dapat digunakan di kilang luar negeri.
Perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini meningkatkan jumlah rig pengeboran minyak untuk pertama kalinya dalam tujuh minggu, kata perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes dalam laporannya pada Jumat (5/4/2019). Perusahaan menambahkan 15 rig minyak dalam seminggu hingga 5 April.
Sementara itu produksi minyak mentah telah melonjak di Amerika Serikat ke rekor 12,2 juta barel per hari, menurut data pemerintah yang dirilis pada Selasa (2/4/2019) beberapa tanda menunjukkan pelonggaran pertumbuhan jangka pendek.
Meningkatnya optimisme atas hubungan perdagangan AS-China juga mendukung harga minyak.
Perunding perdagangan AS dan China akan melanjutkan pembicaraan minggu depan melalui konferensi video ketika mereka berusaha mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan perang perdagangan, kata penasihat Gedung Putih Larry Kudlow pada Jumat (5/4/2019).
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019