Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Boediono menyatakan pengamanan APBN merupakan langkah kunci yang akan diambil pemerintah dalam menghadapi melonjaknya harga minyak internasional, termasuk kemungkinan jika mencapai lebih dari 100 dolar AS per barel.
"Kita amankan APBN. Itu yang kunci. Itu kita buat aman dulu, kemudian baru kita antisipasi yang lain-lain," kata Boediono di Gedung Utama Departemen Keuangan, Jakarta, Rabu.
Sama seperti yang disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menurut Boediono, pengaruh-pengaruh yang mungkin muncul akibat harga minyak harus diantisipasi sejak awal.
"Kuncinya sudah dikatakan Menteri Keuangan kemarin, yang pokok kita amankan APBN dulu," katanya.
Sebelumnya Menkeu mengatakan masalah subsidi yang meningkat karena meningkatnya harga minyak dunia menjadi salah satu perhatian pemerintah. Namun kenaikan subsidi itu akan ditutup dari kenaikan penerimaan karena meningkatnya harga minyak.
Tidak akan ada realokasi anggaran untuk membiayai peningkatan subsidi karena meroketnya harga minyak internasional, ujar Menkeu.
"Peningkatan subsidi itu (menutupnya) ya dari peningkatan penerimaan minyak itu, bukan dari post lain, kan dalam alokasi sudah ada kavling-kavling tersendiri," kata Menkeu.
Menurut Menkeu, tidak gampang untuk mengubah alokasi anggaran tanpa melalui proses pembahasan APBN dengan DPR.
Kalaupun dari peningkatan penerimaan tidak cukup untuk menutup tambahan defisit, maka harus ada sumber pembiayaan lain yang berarti akan meningkatkan defisit APBN. Namun pemerintah tidak berencana untuk meningkatkan defisit yang telah ditetapkan di APBNP 2007 sebesar 1,5 persen dari PDB.
Perubahan Iklim
Mengenai kontribusi Indonesia dalam perubahan iklim global, Menko Perekonomian Boediono mengatakan sebagai langkah awal, Indonesia akan menjadi tuan rumah yang baik dalam penyelenggaraan pertemuan tentang perubahan iklim global pada Desember 2007 nanti di Bali.
"Bukan hanya baik, tapi juga efektif. Artinya nanti kita pertemukan berbagai pandangan," katanya.
Ia menyebutkan sekarang itu pandangan tentang perubahan iklim masih bermacam-macam dan belum ada titik temu.
"Kita harapkan di Bali nanti ada titik temu. Itu akan menjadi kontribusi besar kita kalau kita bisa mempertemukan pandangan yang berbeda-beda. Itu menjadi satu kesepakatan umum yang nanti bisa diimplementasukan menjadi langkah-langkah konkrit. Kita akan ikut melakukan langkah-langkah itu sesuai kemampuan kita," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007