Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ini ditutup positif melanjutkan tren penguatan beberapa hari terakhir.
Rupiah menguat 50 poin menjadi Rp14.133 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.183 per dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat, mengatakan, ada harapan bahwa sengketa perdagangan yang berlarut-larut antara Amerika Serikat dan China akan segera diselesaikan. Hal tersebut menjadi katalis positif bagi rupiah.
"Perang dagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia telah menjadi gangguan utama bagi pasar keuangan selama setahun terakhir, dengan aset berisiko khususnya terpukul di tengah kekhawatiran tentang perluasan bisnis dan dampak pertumbuhan dari konflik," ujar Ibrahim.
Presiden AS. Donald Trump pada sebelumnya mengatakan, kedua negara semakin dekat dengan kesepakatan perdagangan yang dapat diumumkan dalam waktu empat minggu ke depan.
Sementara itu, perkembangan harga minyak yang terus melemah juga menjadi sentimen positif bagi rupiah. Saat harga minyak turun, ada harapan tekanan di neraca transaksi berjalan (current account) akan ikut berkurang.
"Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika pos ini membaik,maka rupiah masih punya ruang untuk menguat," kata Ibrahim.
Nilai tukar (kurs) rupiah pada pagi dibuka menguat Rp14.180 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.130 per dolar AS hingga Rp14.180 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.158 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.182 per dolar AS.
Baca juga: Analis: Rupiah bergerak cenderung stabil jelang hari H pemilu
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019