Mataram, Nusa Tenggara Barat (ANTARA) - Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) berencana melakukan survei untuk memetakan kondisi jalur pendakian di kawasan Gunung Rinjani, Pulau Lombok, pascagempa 29 Juli 2018.
"Empat jalur yang akan kita survei ulang itu, Aik Berik, Timba Nuh, Senaru, dan juga Sembalun," kata Kepala BTNGR Sudiyono di Mataram, Jumat.
"Sebenarnya lebih cepat lebih baik. Tapi dari pertimbangan BMKG, sekarang kondisi cuaca sedang berpotensi hujan lebat, kemungkinan-kemungkinan apa yang terjadi di atas kita belum bisa prediksikan, jadi belum bisa gerak," ia menambahkan.
Peninjauan jalur pendakian menuju Gunung Rinjani ditujukan untuk melihat kondisi terkini jalur dan kemungkinan kebutuhan untuk membuka jalur baru.
"Bagaimana kondisi jalur yang lama, apakah rawan atau tidak, kemudian apakah butuh dibuka jalur baru, lewat mana baiknya, itu semua tujuan dari survei kita, membuat peta jalur," kata Sudiyono.
BTNGR sudah membahas rencana itu bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Dinas Pariwisata, Basarnas, TNI, Polri, dan juga Trekking Organizer (TO).
Menurut hasil pembahasan lintas instansi, peninjauan ulang jalur pendakian akan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Semua perwakilan dari instansi terkait dijadwalkan ikut serta dalam pendakian yang dilaksanakan pada 16 Maret. Namun gempa terjadi lagi pada 17 Maret dengan magnitudo 5,8 sehingga memaksa tim peninjau yang sudah berada di kawasan Rinjani turun lagi.
Meski demikian, tim peninjauan ulang yang berangkat dari gerbang Senaru di Kabupaten Lombok Utara, dan gerbang Sembalun di Kabupaten Lombok Timur sudah mendapat gambaran mengenai kondisi sebagian jalur pendakian.
"Untuk tim yang berangkat dari Sembalun, cuma dapat sampai mata air di bawah bukit Pelawangan saja. Jadi memang banyak jalur yang harus diperbaiki," kata Sudiyono.
Baca juga:
Pemerintah kaji ulang rencana pembukaan pendakian Rinjani
Jalur pendakian Rinjani ditutup akibat gempa
Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019