"Saat ini komposisi baru12 persen sebagai campuran karet alam di aspal karet, kami berusaha agar terus bertambah," kata dia.
Peningkatan konten karet alam pada produk aspal karet ini untuk meningkatkan serapan komoditas tersebut di dalam negeri. Sebagian besar produk unggulan Indonesia itu diekspor ke luar negeri, sementara sejak lima tahun terakhir harganya anjlok di pasaran internasional.
Yamin mengemukakan untuk menuju kandungan 20 persen tersebut butuh beberapa kriteria khusus sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai campuran aspal. Salah satunya, aspal yang digunakan harus aspal khusus (aspal buton yang lebih keras dari aspal biasa).
Ia melanjutkan untuk jenis karetnya, berupa kaplam dan SIR 20 dengan kadar kering air (KKK) minimal 60 persen.
Yamin menerangkan peneliti optimistis karet dapat menjadi substitusi aspal 100 persen secara bertahap. Oleh karena itu Puslitbang Jalan dan Jembatan konsisten melakukan uji coba dan pengembangan teknologi hingga mencapai target.
Teknologi yang dikembangkan oleh peneliti seperti karet sebagai bahan pengikat dan sebagai bahan pengisi dalam campuran aspal. Saat ini penerapan aspal karet baru memuat 7,0 persen campuran dari karet alam atau masih tergolong rendah.
Pemerintah melalui Kementerian PUPR menargetkan bakal menggunakan aspal karet sepanjang hampir 6.000 kilometer pada 2019. Dengan demikian, pembelian bahan olah karet (bokar) petani bisa sebanyak 2.504 ton atau setara 1.250 ton, sementara SIR 20 dapat menghasilkan sekitar 17.889 ton aspal karet.
Sementara itu Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan penerapan aspal karet di Sumsel masih relatif sedikit.
"Tahun ini Sumsel kebagian penerapan aspal karet di jalan sepanjang 27,9 km di mana serapan karet alamnya sebanyak 75,62 ton," kata dia.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019