Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pengembangan ekonomi digital, termasuk revolusi industri 4.0 bertujuan mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
“Sekarang kita nomor 16 di dunia, dan pada 2030 Indonesia akan lolos dari middle income trap. Nanti Indonesia bisa disebut upper middle income country, sekarang masih masuk lower middle income country, tetapi tahun depan sudah masuk middle income country,” kata Airlangga lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, pada 2030, Indonesia diperkirakan akan masuk 10 negara besar dengan perekonomian terkuat di dunia.
Dengan implementasi industri 4.0, menurut Airlangga, pertumbuhan ekonomi akan naik satu hingga dua persen, kemudian bisa membuka 17 juta lapangan pekerjaan.
“Itu berdasarkan studi dari McKinsey, dan dari 17 juta itu, sebanyak 4 juta akan berada di sektor industri, sisanya ada di sektor jasa penunjang industri, sehingga itu peluang sangat terbuka untuk kita,” tegasnya.
Upaya yang dilakukan Kemenperin untuk mendorong wirausaha atau IKM dalam era ekonomi digital, antara lain dengan memfasilitasi produk-produknya bisa masuk ke pasar e-commerce melalui program e-Smart IKM yang telah dicanangkan sejak 2017.
Selain itu, Kemenperin memacu tumbuhnya wirausaha industri baru dari kalangan pondok pesantren melalui pelaksanaan program Santripreneur.
Menurut Airlangga, kalangan pesantren atau santri memiliki komunitas tersendiri. Pondok pesantren juga memiliki potensi pemberdayaan ekonomi mengingat sudah banyak pondok pesantren yang mendirikan koperasi, mengembangkan berbagai unit bisnis atau industri berskala kecil dan menengah, serta memiliki inkubator bisnis.
“Seluruh potensi ini merupakan modal yang cukup kuat dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan langkang konkretnya, Kemenperin mendorong misalnya di Pesantren Muhammadiyah Sragen, kami bantu untuk memproduksi roti. Dengan demikian, ekosistem ekonomi berjalan dan terjadi pengembangan entrepreneurship di pesantren,” tegasnya.
Airlangga menambahkan, selain di Sragen, Jawa Tengah, program Santripreneur juga sudah berjalan di beberapa daerah lain seperti di Bogor, Jawa Barat.
“Santripreneur diharapkan menghidupkan ekosistem ekonomi di lingkungan pesantren, sehingga bisa memenuhi kebutuhan para santri sekaligus menjadi unit usaha yang terus berkembang,” pungkasnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019