Nusa Dua (ANTARA News) - Meski masih membutuhkan tambahan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan, Indonesia tak mutlak untuk terus melakukan impor beras. Kebijakan impor maupun ekspor beras hanya akan dilakukan sesekali, karena Indonesia akan lebih mengutamakan penggalakan peningkatan produksi dalam negeri. Hal itu diungkapkan Dirut Perum Bulog, Mustafa Abubakar, ketika membuka pertemuan pengusaha pedagang beras dunia, World Rice Commerce 2007 di Westhin Resort, Nusa Dua, Bali, Rabu pagi. Sebagai importir marjinal, katanya, penggalakan produksi dalam negeri untuk memenuhi peningkatan konsumsi masyarakat sebesar 2,5 persen per tahun juga akan mampu menghemat anggaran negara. Pertemuan internasional yang diikuti 153 peserta dari kalangan pedagang beras dunia itu diselenggarakan Bulog dalam upaya memaparkan kebijakan perberasan Indonesia dan lebih mengetahui kondisi perdagangan dunia. Peserta antara lain para produsen beras dunia seperti Thailand, Vietnam dan Philipina, dan pedagang beras dari negara yang membutuhkan banyak beras untuk pangan dengan jumlah penduduk besar. Mustafa Abubakar berharap srategi peningkatan produksi beras akan menghemat pengeluaran negara dari sisi subsidi penyimpanan dan penjualan. Hal tersebut otomatis akan mengurangi intervensi pemerintah, yang tidak lagi banyak mengurusi impor beras, dan sektor swasta akan lebih banyak mendapat ruang dalam pasar perberasan. Untuk menjalankan strategi peningkatan produksi dalam negeri tersebut, pemerintah memperhatikan produsen di desa-desa dan memberikan kredit kepada petani. Peningkatan produksi beras juga akan memberikan dampak pada perbaikan kesejahteraan petani, katanya. Pemerintah juga harus memperbaiki pengairan sawah yang efisien dan menjamin ketersediaan bahan pertanian baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Fokus produksi beras dalam negeri mendesak untuk dilakukan karena beras menguasai 29 persen dari seluruh produk pertanian Indonesia dan menjadi bahan pangan utama bagi mayoritas masyarakat. Dampak upaya peningkatan produksi beras domestik untuk kesejahteraan petani pun akan sangat terasa, sebab 21 juta petani Indonesia menggantungkan penghasilannya dari produksi beras, demikian Mustafa Abubakar. (*)
Copyright © ANTARA 2007