Jakarta, 31 Oktober 2007 (ANTARA) - Untuk menggali lebih dalam potensi hasil hutan non kayu, ITTO, FAO, dan INBAR bekerjasama dengan Chinese Academy of Forestry mengadakan International Conference on the Sustainable Development on Non-Timber Forest Product and Service di Beijing, China. Konferensi ini dihadiri oleh 120 peserta dari perwakilan 42 negara maju dan berkembang, yang berasal dari unsur kementerian kehutanan di negara tropis, peneliti, akademisi, manager project, dan international NGO serta development assistance organization. Agenda konferensi terdiri atas dua kegiatan yaitu peninjauan Non-Timber Forest Product (NTFP) di Hangzhou yang telah dilaksanakan pada tanggal 23-25 September 2007 dan konferensinya sendiri di Beijing tanggal 23 - 28 September 2007. Beberapa hal penting yang perlu dicatat dalam konferensi tersebut antara lain mengenai definisi NTFP yang berlainan tergantung pada region dan tujuan pemanfaatan potensi untuk memenuhi kebutuhan subsistence maupun sebagai sumber devisa negara. Namun disepakati bahwa yang penting adalah terminologi dan definisi NTFP dapat dipahami dan dapat dikomunikasikan dengan pengambil kebijakan. Keberadaan hutan diakui dapat memberikan berbagai jasa meliputi suplier carbon, mencegah emisi carbon, pengatur tata air, menyediakan jasa keindahan dan rekreasi, konservasi keragaman hayati, mengontrol erosi tanah, mencegah banjir, longsor, dan sekaligus kekeringan, penyangga iklim mikro dan makro, mengendalikan pencemaran lingkungan, dan membantu proses polinasi tumbuhan. Meskipun NTFP memiliki potensi yang sangat besar, peserta konferensi mengakui masih banyak hambatan untuk memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Pedoman pengelolaan NTFP dan jasa lingkungan secara lestari masih sangat terbatas sehingga diperlukan perumusan kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan yang terintegrasi. Pemerintah dan institusi kehutanan belum memberikan perhatian secara serius penelitian dan pengembangan pengelolaan NTFP serta jasa lingkungan. Beberapa jenis NTFP yang memiliki nilai ekonomi tinggi ditransaksikan secara ilegal, tidak terorganisir dan bersifat ekspoitatif sehingga keberadaannya dikhawatirkan tidak lestari. Selain itu, data dan informasi potensi, rantai produksi, dan perdagangan NTFP di tingkat lokal, nasional maupun internasional sampai saat ini masih sangat terbatas. Keterbatasan informasi juga disebabkan karena kurang jelasnya kepemilikan sumber bahan baku, regulasi, serta akses terhadap NTFP. Hal tersebut menyebabkan usaha dalam bidang NTFP mengarah pada situasi kontra produktif terhadap pengelolaan hutan dan jasa lingkungan secara lestari. Memperhatikan berbagai hambatan pengelolaan NTFP tersebut, peserta konferensi sepakat memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan organisasi internasional untuk memperjelas terminologi dan definisi NTFP dan jasa lingkungan. Perumusan peraturan dan kebijakan pemerintah harus memberikan kemudahan untuk mengembangkan keberhasilan usaha berbasis sumberdaya hutan. Pengembangan jaringan kerjasama internasional antar negara dalam mengatur pengelolaan NTFP dan jasa lingkungan juga disepakati untuk dikembangkan. Direkomendasikan juga untuk mengembangkan pedoman pengelolaan dan pemanfaatan NTFP dan jasa lingkungan yang memperhatikan pengelolaan hutan secara lestari dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan, sektor swasta, dan pemerintah secara terintegrasi. Rekomendasi lainnya meliputi penelitian dan pengembangan NTFP dan jasa lingkungan, pengembangan monitoring dan penilaian NTFP dan jasa lingkungan dalam meningkatkan nilai keberadaan hutan dan pemanfaatannya, untuk menghasilkan suatu perencanaan terintegrasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Untuk keterangan tambahan, silakan hubungi Ir. Masyhud, MM., Kepala Bidang Analisis dan Penyajian Informasi, mewakili Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Telp: (021) 570-5099, Fax: (021) 573-8732
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2007