Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) Teguh Wahyudi menilai perkebunan di Indonesia masih kurang memberikan perhatian terhadap mekanisasi pertanian.
"Ada problem bahwa kita kurang memberikan perhatian terhadap mekanisasi pertanian," ujar Teguh di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan bahwa kurangnya perhatian terhadap mekanisasi pertanian mengakibatkan biaya produksi yang mahal dan tidak efisien.
Menurut Teguh, selain dapat mengurangi dan mengefisienkan biaya produksi, mekanisasi pertanian juga bisa menurunkan biaya tenaga kerja.
"Sekarang biaya tenaga kerja cukup tinggi sekitar 15-20 persen. Kalau dengan mekanisasi kita bisa menurunkan biaya tenaga kerjanya sekitar 10 sampai 15 persen," ujarnya.
Teguh mencontohkan bahwa banyak mesin panen kopi di Brazil yang kewalahan menampung hasil panen kendati negara tersebut telah melakukan mekanisasi pertanian.
Namun saat mereka melakukan kalkulasi, mekanisasi pertanian yang dilakukan Brazil lebih efisien dibandingkan Indonesia yang masih membayar tenaga kerja untuk melakukan pemetikan kopi.
"Itu akan terjadi perubahan yang mendasar di dalam sistem agronominya. Hal ini nanti akan terjadi perubahan yang besar, kita harus memulainya," kata Dirut RPN tersebut saat menghadiri Seminar Nasional bertajuk "Pupuk dan Mekanisasi di Perkebunan".
Sebelumnya Kementerian Pertanian menilai program mekanisasi dari pihaknya tidak hanya berperan nyata dalam meningkatkan produksi pangan, namun juga menjadi solusi dalam mengatasi kelangkaan tenaga kerja pertanian.
Berdasarkan hasil analisis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan tahun 2015 menyebutkan bahwa jumlah terbanyak tenaga kerja pada sektor tanaman pangan adalah petani yang sudah berusia lebih kurang 60 tahun, kemudian disusul usia antara 40-45 tahun.
Dampak nyata adanya kelangkaan dan usia lanjut tenaga petani untuk mendukung budi daya tanaman padi adalah rendahnya kapasitas kerja tanam padi per satuan luas lahan dan mahalnya biaya tanam.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019