"Kami sadar bahwa efek ekor jas itu tidak terjadi pada Demokrat, karena itu kami menerapkan 'dual track', mendahulukan Pemilu Legislatif lalu Pemilu Presiden," kata Syarief Hasan dalam diskusi bertajuk "Pileg 2019: Pemilu yang Terlupakan?" di Jakarta, Kamis.
Dia mengakui sosok capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo-Sandi yang diusung Partai Demokrat tidak memberikan efek elektoral bagi partainya.
Karena itu menurut Syarief, Demokrat mengandalkan figur Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Komandan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan kerja keras para calon anggota legislatif asal Demokrat.
"Bagi kami yang memberikan efek elektoral partai adalah para kader, SBY, AHY, dan kerja keras para caleg Demokrat," ujarnya.
Selain itu Syarief menegaskan partainya tidak khawatir dengan ambang batas parlemen sebesar 4 persen karena partainya yakin lolos, terlihat dari beberapa survei yang menunjukkan hasil memuaskan.
Dia mencontohkan survei internal Demokrat menunjukkan elektabilitas partai tersebut sebesar 7,2 persen sehingga diyakini mampu menembjs 10 persen dengan melihat jumlah pemilih yang belum memilih masih tinggi.
"Saya yakin dan percaya di Pemilu 2019, Demokrat akan eksis lagi minimal memperoleh 10 persen, bahkan diharapkan mendekati 15 persen," katanya.
Direktur Riset Charta Politika, Muslimin mengakui Partai Demokrat tidak mendapat efek ekor jas dan elektabilitas partai tersebut dipengaruhi figur SBY yang masih kuat.
Menurut dia, mayoritas pemilih Partai Demokrat memilih partai tersebut karena tertarik pada sosok SBY yang pernah menjadi Presiden RI selama 10 tahun.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019