Bandung (ANTARA News) - Munculnya fenomena aliran sesat di Indonesia terutama di Jawa Barat akhir-akhir ini, merupakan tamparan keras bagi seluruh pendakwah (da`i) dari berbagai lembaga dakwah untuk lebih memantapkan metode dakwah yang diterapkannya. Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, KH Rafani Achyar, MSi kepada ANTARA News, Selasa, mengatakan fenomena tersebut mencerminkan lemahnya kualitas dakwah yang disebarluaskan kepada umat, padahal kuantitas dakwah saat ini semakin semarak seiring penggunaan berbagai media komunikasi. "Kuantitas dakwah begitu semarak disajikan serta disalurkan pada berbagai media, tetapi berbagai aliran yang menyesatkan umat tetap timbul menggerogoti umat, hal itu menjadi tugas besar alim ulama serta para da`i untuk terus membina keimanan umat," ujar KH Rafani. Dikatakan, kuantitas dakwah ternyata tidak menjamin efektivitas dakwah untuk bisa diserap sehingga menjadi pegangan umat pada berbagai tingkatan. Ia mengatakan, keadaan itu harus segera dievaluasi dengan meninjau kembali berbagai aspek, metodologi serta isi pesan yang terkandung pada setiap penyampaian dakwah. Berdasarkan pengamatannya, berbagai aliran sesat yang timbul di Jawa Barat akhir-akhir ini cenderung ditargetkan kepada berbagai lapisan umat yang memiliki kadar wawasan keimanan serta ke-Islaman yang relatif masih rendah, seperti pada umat yang berdomisili di pinggiran kota, serta sebagian masyarakat pada berbagai desa terpencil. Sementara sebagian besar lapisan umat lainnya yang sangat rentan terhadap bujuk rayu serta tergerus pengaruh aliransesat itu, adalah kalangan pemuda yang memiliki dasr-dasar ke-Islaman serta wawasan keagamaannya yang minim. Gejala sasaran anak muda itu, kata KH Rafani, telah terbukti didalam penyebaran aliran sesat "Quran Suci" yang menyebar melalui mahasiswa baru ataupun karyawan yang sedang mencari jati diri atau masih berusaha mendalami ke-Islaman. Menanggapi masalah itu, Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Roni Tabroni, mengatakan kalangan mahasiswa serta pemuda yang memiliki dasar wawasan ke-Islaman minim cenderung lebih mudah terpengaruh oleh berbagai ajaran yang mempengaruhinya, sekalipun ajaran itu menyesatkan. "Banyak mahasiswa atau pemuda dengan kualitas keagamaan minim mendalami ajaran agama, sehingga berbagai pengaruh yang diajarkan sekalipun itu sesat, mudah sekali diterimanya," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007