Jakarta (ANTARA News) - Deteksi dini terhadap penyakit kanker payudara seharusnya layak diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh setiap wanita karena hal itu merupakan "ujung tombak" dari proses penyembuhan kanker tersebut. "Sebenarnya yang penting sekali adalah deteksi dini, yang merupakan `ujung tombak` dalam penyembuhan kanker payudara," kata dr Ronald A Hukom SpPD KHOM dalam seminar "Mengobati Kanker Payudara" di Pusat Diagnostik Dini Yayasan Kanker Indonesia di Jakarta, Selasa. Ronald sangat menyayangkan, orang yang datang ke tempat prakteknya di Rumah Sakit Kanker Dharmais rata-rata telah memasuki stadium lanjut karena tidak pernah melakukan deteksi dini melalui mammografi (pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar x dosis rendah). Hal tersebut, lanjutnya, antara lain karena masih banyak warga yang belum mengetahui mengenai aktivitas deteksi dini atau masih memiliki tingkat kesadaran yang rendah untuk melakukan hal tersebut. Ia mengungkapkan, semakin tinggi stadiumnya maka semakin kecil pula kemungkinan seseorang yang mengidap kanker payudara untuk sembuh. Ronald menjabarkan, tingkat kesembuhan untuk stadium I pada kanker payudara dapat mencapai 95 persen, stadium II sebesar 70 persen, dan stadium III adalah antara 40 -50 persen. "Sedangkan untuk para pasien pada stadium IV yang saya temui, rata-rata yang masih hidup dalam jangka waktu lima tahun kemudian tidak sampai 15 persen," katanya. Selain dengan melakukan deteksi dini, Ronald mengemukakan bahwa mammografi dan pengujian lainnya juga bermanfaat untuk menentukan jenis pengobatan dari kanker payudara yang garis besarnya meliputi operasi, perawatan sinar, dan kemotrapi. "Pengobatan kanker itu multidisiplin. Yang paling penting adalah mengetahui bagaimana `perangai` dari sel kanker yang ada di tubuh kita yang ditentukan melalui pemeriksaan mikroskopik jaringan tubuh di laboratorium patologi yang diperoleh dengan biopsi," katanya. Untuk itu, Ronald mengimbau agar para wanita yang terkena kanker payudara segera melakukan pemeriksaan lengkap agar dapat ditentukan bagaimana cara pengobatan yang paling tepat bagi mereka. Senada dengan Ronald, seorang peserta seminar, Tri Ganti yang mengetahui dirinya menderita kanker payudara sejak tahun 2003 itu, mengemukakan bahwa pasien seharusnya juga dapat memperlengkapi diri dengan bekal yang cukup agar dapat memahami secara memadai tentang penyakitnya. "Apalagi saat ini telah tersedia banyak informasi antara lain dari internet," kata wanita wiraswasta yang kankernya telah mencapai stadium IV ini. Tri menuturkan, sikap untuk selalu belajar secara mendalam mengenai kanker payudara ini dipegangnya karena ia bertekad untuk tidak ingin pasrah dan menyerahkan seluruh pengobatan pada tubuhnya hanya kepada dokter. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007