Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Pengenalan pesta demokrasi pemilihan presiden dan wakil presiden, legislatif dan DPD kepada korban bencana gempa dan likuefaksi Desa Lolu, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, melibatkan tokoh agama dan pegawai syara.
"Iya, tokoh-tokoh agama, pegawai syara, kami libatkan dalam sosialisasi pemilu, termasuk mengimbau masyarakat yang belum terdaftar, agar mendaftar di sekretariat TPS di Kantor Desa Lolu," ucap Kepala Sekretariat Tempat Pemungutan Suara (TPS) Desa Lolu Kecamatan Biromaru, Kurniadin Latjedi, di shelter pengungsian Desa Lolu, Rabu.
Kurniadin menyebut tokoh agama dan pegawai syara terlibat dalam sosialisasi pemilu, seperti menyampaikan himbauan dan pemberitahuan kepada masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat berpartisipasi pada pemilu 2019.
Tidak hanya tokoh agama, sebut Kurniadin, koordinator-koordinator hunian sementara di lima shelter pengungsian juga di libatkan dalam pengenalan pemilu kepada korban bencana gempa dan likuefaksi.
Upaya mengenalkan pemilu kepada korban bencana gempa di pengungsian Desa Lolu, gencar dilakukan dengan melibatkan Pemerintah Desa Lolu. Penyelenggara pemilu dan pemerintah desa turut serta menggunakan kesempatan untuk menyosialisasikan pemilu di sela-sela resepsi pernikahan.
"Sosialisasi juga dilakukan di pesta pernikahan, tahlilan malam ke-tiga, di sela-sela acara aqiqah. Ini di lakukan bertujuan agar masyarakat berpartisipasi pada pemilu 2019," ujar Adi sapaan akrab Kurniadin Latjedi.
Salah satu unsur pemerintah Desa Lolu itu menyebut, upaya-upaya itu untuk mencapai target 80 persen partisipasi pemilih pada 17 April 2019 di desa tersebut, serta menunjang target partisipasi pemilih secara nasional.
Data sementara untuk jumlah pemilih di Desa Lolu sebanyak 3.097 pemilih yang tersebar di 15 Tempat Pemungutan Suara (TPS). Terdapat 875 kepala keluarga korban gempa dan likuefaksi di lima shelter pengungsian Desa Lolu.
Shelter pengungsian hunian sementara yang di bangun oleh Kompas di huni 160 kepala keluarga, shelter pengungsian hunian sementara Rotary di huni 136 kepala keluarga, 300 kepala keluarga menghuni huntara yang di bangun oleh BUMN, 139 kepala keluarga menghuni huntara yang dibangun oleh Dompet Dhuafa, dan 140 kepala keluarga menghuni shelter pengungsian hunian sementara yang dibangun oleh ACT.
Adi menguraikan, umumnya korban bencana gempa di pengungsian telah mengetahuui tentang pemilu 2019. Namun yang menjadi sedikit masalah yakni, korban belum mengetahui mengenai posisi mereka dalam DPT dan penempatan TPS.
Bahkan, akui dia, sebelum bencana menerjang desa itu, sosialisasi mengenai kepemiluan kepada warga muda di lakukan. Respon warga terhadap pemilu sebelum dan pascabencana berbeda.
"Kalau pemilu tahun-tahun sebelumnya, atau pemilu sebelum bencana, di Desa Lolu hanya ada 7 TPS. Nah, warga kemudian mudah mengetahui mereka akan menyalurkan hak pilih di TPS mana nantinya pada pemungutan suara. Pascabencana, ini yang jadi masalah. Warga belum mengetahui di mana TPS tempat mereka menyalurkan hak pilih," sebut Adi.
Kehilangan tempat tinggal, lapangan pekerjaan, harta benda, keluarga dan lainnya saat bencana gempa dan likuefaksi menghantam Desa Lolu Biromaru memberikan pengaruh sikologi yang sangat dalam.
"Faktor tersebut kemudian berdampak terhadap respon dan antusias warga terhadap pemilu. Namun, walaupun kurang antusias menyambut pemilu, tetapi warga akan menyalurkan hak pilih. Karena, sebelum bencana umumnya warga/korban telah memiliki kandidat," kata Kurniadi.
Pemilu 2019 di ikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden. Pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan Kh Ma'ruf Amin, pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Surat suara yang akan di gunakan untuk pemilihan presiden dan wakil presiden pada pemungutan dan penghitungan suara berwarna abu-abu.
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019