Bandung (ANTARA News) - Indonesia hanya menguasai pangsa pasar dua persen dari total penjualan perangkat keras TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang telah mencapai Rp50 Triliun per tahun.
Direktur Pendukung Akademik STT Telkom Bandung, Ali Muayyadi, di Bandung, Selasa, mengatakan masih minimnya pendapatan nasional dari keuntungan bisnis perangkat keras TIK itu lebih disebabkan produksi perangkat keras TIK masih dikuasai pihak luar negeri.
Sementara untuk bisinis penyedia perangkat lunak, berupa operator penyedia jasa layanan informasi, dan telekomunikasi nasional , menurutnya, saat ini masih dikuasai PT Telkom sebagai perusahaan milik pemerintah.
"Lebih dari 50 persen bisnis operator penyedia jasa layanan informasi serta telekomunikasi dalam negeri masih dikuasai Telkom bersama Telkomsel," ujar Ali Muayyadi.
Diharapkan, berbagai pihak di dalam negeri mampu memanfaatkan tingginya peluang bisnis TIK nasional, sehingga peluang bisnis tersebut tidak tergerus pihak-pihak asing.
Tentunya peluang tersebut, kata Ali, harus pula didukung dengan kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya manusia yang berpengaruh besar terhadap perkembangan TIK, sehingga mampu memberikan konstribusi berarti terhadap bangsa, dan negara ini.
Salah satu upaya untuk meningkatkan serta memanfaatkan sumber daya manusia unggulan secara berkelanjutan, saat ini pihaknya terus membangun berbagai hubungan aktif terhadap berbagai kalangan, terutama kalangan perguruan tinggi dalam negeri serta perguruan tinggi luar negeri.
Menurutnya, iklim penelitian serta pengkajian sumber daya manusia di dalam negeri terhadap TIK masih kurang terarah dibandingkan dengan penelitian serupa yang dilakukan sumber daya manusia di luar negeri.
Ali memandang, iklim berbagai pengkajian serta penelitian di dalam negeri cenderung masih bergaya aplikatif, artinya penelitian hanya dilakukan untuk jarak yang relatif singkat.
Sementara penelitian TIK yang dilakukan diluar negeri, katanya, telah menerapkan metode penelitian bagi kepentingan serta keberhasilan jangka panjang/ Hal tersebut telah menjadi bagian kehidupan akademis berbagai pihak di luar negeri.
Untuk mewujudkan sumber daya manusia serta peran TIK secara nasional, kata Ali, pemerintah serta berbagai pihak lainnya harus segera mengembangkan dan meningkatkan peran regulator, industri serta perguruan tinggi yang masih tertinggal oleh negara-negara maju.
STT Telkom sendiri setiap tahunnya diminati oleh sebanyak 16.000 orang hingga 17.000 orang pelamar, sementara kursi yang tersedia hanya 1.500 kursi dengan tingkat produktivitas pendidikan telah mencapai 90 persen, dan sebanyak 10 persen alumni pertahunnya diserap langsung oleh PT Telkom.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007