Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antar-bank Jakarta, Selasa sore, melemah tipis menyusul penantian pelaku pasar atas kemungkinan bank sentral AS, The Federal Reserve, menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang melambat. Sikap "wait and see" pelaku pasar membuat perdagangan berlangsung ketat sehingga rupiah hanya turun tipis ke posisi 9.107/9.115 per dolar AS, delapan poin lebih lemah dari posisi penutupan hari sebelumnya 9.099/9.110 per dolar AS. Menurut Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, penantian terhadap kemungkinan aksi The Fed itu mendorong pelaku pasar bertransaksi dengan hati-hati, termasuk dalam melepas rupiah. Sebagian pelaku memang ingin merealisasikan keuntungannya sekali pun dalam jumlah yang tidak besar, katanya. Menurut dia, pelaku menunggu rencana bank Sentral AS (The Fed) apakah jadi menurunkan suku bunganya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang makin melambat. Menurut dia, koreksi terhadap rupiah terjadi hanya sementara kemungkinan pada hari berikutnya akan kembali menguat, karena ekspektasi pasar cenderung positif terhadap mata uang lokal itu. "Kami optimis insentif pasar yang cukup besar akan kembali memicu rupiah menguat hingga kembali dibawah level 9.100 per dolar AS," ucapnya. Rupiah, lanjut dia, kemungkinan akan bisa berada di bawah level Rp9.050 per dolar AS bahkan mencapai level 9.000 per dolar AS, apabila penurunan suku bunga The Fed itu terjadi. Apalagi dolar AS terhadap euro merosot hingga ke titik yang cukup rendah, dan juga melemah terhadap mata uang utama dunia lainnya, katanya. Ia mengatakan, merosotnya dolar AS kemungkinan akan berlanjut sejalan dengan melemahnya indikator ekonomi AS akibat melambatnya pertumbuhan ekonominya. Dolar AS terhadap euro mencapai 1,4415 dan terhadap yen menjadi 114,70. Para pelaku pasar saat ini sedang menunggu laporan data ekonomi AS dan komentar dari The Fed mengenai kebijakan bank sentral di masa datang.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007