Nairobi (ANTARA News) - Manusia sedang mengubah iklim dunia dengan sangat cepat dan melahap dengan rakus sumber-sumber daya alam, sehingga akan mewariskan planet Bumi yang porak poranda kepada generasi mendatang. Hal tersebut dikemukakan PBB pada pekan ini lewat hasil survei yang paling komprehensif mengenai lingkungan hidup. Pandangan Lingkungan Hidup Global ke-4 (GEO-4), yang diterbitkan oleh Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP), disusun 390 ahli dengan pengamatan, penelitian, dan data selama dua dasawarsa. Laporan setebal 570 halaman itu menyebutkan para pemimpin dunia harus mendorong lingkungan hidup "ke inti pengambilan keputusan" untuk menangani krisis yang setiap hari semakin memburuk itu. "Kebutuhan tersebut adalah yang paling mendesak dan tidak banyak lagi kesempatan, dengan kesepahaman kita yang tinggi terhadap tantangan yang kita hadapi, untuk saat ini bertindak demi mengamankan kehidupan kita dan generasi mendatang," ungkap GEO-4. Laporan UNEP itu berisi tabel-tabel yang paling lengkap dan paling rinci mengenai perubahan lingkungan hidup, sejak laporan Brundtland tahun 1987. "Sudah cukup banyak peringatan sejak Brundtland. Saya sungguh-sungguh berharap GEO-4 adalah laporan yang terakhir," kata direktur eksekutif UNEP, Achim Steiner. "Penghancuran sistematis sumber daya alam dan yang berbasis dari alam telah mencapai titik di mana kelangsungan hidup perekonomian dipertanyakan -- dan utang yang kita serahkan ke anak-anak kita tidak akan bisa mereka bayar," katanya, sebagaimana dilaporkan AFP. Bumi telah mengalami lima kali pemusnahan besar dalam 450 juta tahun, dan pemusnahan terakhir terjadi 65 juta tahun lalu, ungkap GEO-4. "Pemusnahan besar yang ke-6 sedang mendekat, dan kali ini disebabkan oleh prilaku manusia," tulis laporan itu. Dalam dua dasawarsa terakhir, tumbuhnya kesejahteraan secara menakjubkan telah memperkuat kemampuan memahami dan menghadapi tantangan lingkungan hidup yang datang menjelang. Namun, tanggapan dunia selama ini "menyedihkan karena tidak memadai," tulis laporan tersebut. Perubahan iklim saat ini adalah yang paling cepat dalam kurun 500 ribu tahun terakhir. Suhu global rata-rata naik 0.74 derajat Celsius dalam satu abad terakhir, dan diperkirakan akan naik 1,8 hingga 4 Celcius pada 2100, tulis laporan itu mengutip lembaga yang meraih Nobel Perdamaian 2007 yaitu Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Enam miliar jiwa yang ada di Bumi membuat "kebutuhan jumlah sumber daya yang diperlukan untuk tetap ada, lebih banyak dibanding yang tersedia," tulis laporan yang memperkirakan jumlah penduduk dunia antara delapan miliar dan 9,7 miliar pada 2050. "Di Afrika, degradasi lahan bahkan perubahan menjadi tandus telah menjadi ancaman, dan, per kapita produksi makanan telah turun 12 persen sejak tahun 1981," tulis laporan itu. Di sisi lain, konsumsi ikan telah bertambah tiga kali lipat dalam 40 tahun terakhir, namun jumlah tangkapan tidak bertambah bahkan berkurang dalam 20 tahun terakhir. "Dari kelompok-kelompok vertebrata besar yang telah dinilai secara komprehensif, lebih dari 30 persen amfibi, 23 persen mamalia dan 12 persen burung, terancam," tulis laporan itu. Laporan tersebut juga menulis "sebagian kemajuan yang dicapai dalam mengurangi polusi di negara maju, ternyata dibayar oleh negara berkembang, karena merekalah kini tujuan produksi industri dan dampak-dampaknya." Para penyusun laporan itu menyerukan adanya perubahan radikal. "Satu-satunya cara mengatasi masalah sulit ini adalah dengan mendorong lingkungan hidup dari pinggir pengambilan keputusan ke inti pengambilan keputusan: lingkungan hidup untuk pembangunan, dan bukan pembangunan untuk rusaknya lingkungan hidup." (*)
Copyright © ANTARA 2007