Jakarta (ANTARA) - Pernyataan Prabowo Subianto soal Indonesia tidak dihormati di ASEAN yang disampaikan dalam debat capres keempat, Sabtu (30/3) lalu, dinilai tidak adil oleh pengamat politik luar negeri dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Shafiah Muhibat .
Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo saat petahana Joko Widodo (Jokowi) mengajukan pertanyaan mengenai isu Rakhine State di Myanmar.
“Sebenarnya tidak fair kalau dibilang seperti itu. ASEAN dibahas sedikit sekali (dalam debat capres), yaitu hanya mengenai Rakhine State. Kebetulan dalam konteks Myanmar, kalau solusinya lewat ASEAN memang ada keterbatasan bagi Indonesia,” ujar Shafiah dalam "Forum Diskusi Seri Pemilu 2019” --yang diselenggarakan CSIS di Jakarta, Senin (1/4).
Keterbatasan yang dimaksud adalah formalitas yang berlaku dalam ASEAN, termasuk prinsip non-intervensi yang dipegang teguh antaranggota ASEAN untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Namun, kata Shafiah, sebenarnya Indonesia telah melakukan banyak inisiatif untuk mendukung penyelesaian konflik di Rakhine State, yang memaksa lebih dari 750 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh.
Selain memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Rohingya, Indonesia beserta para menteri luar negeri ASEAN juga telah menunjuk Badan Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan tentang Penanggulangan Bencana (AHA Centre) untuk membantu repatriasi para pengungsi Rohingya dari wilayah perbatasan Cox’s Bazar ke Rakhine State.
“Indonesia sudah banyak inisiatif untuk Myanmar yang dilakukan lewat ASEAN maupun secara bilateral,” tutur Shafiah.
Ketua Departemen Hubungan Internasional CSIS itu juga menolak anggapan bahwa Indonesia tidak memiliki posisi kuat dalam diplomasi di ASEAN, mengingat Indonesia memiliki kemampuan memimpin dalam beberapa bidang seperti IUU fishing dan penanggulangan terorisme.
“Sebenarnya kuat atau tidak kuat dalam diplomasi saya tidak punya referensi untuk mengukurnya. Saya rasa kalau kita bilang (posisi Indonesia) tidak kuat itu tidak fair juga untuk para diplomat RI. Memang dalam beberapa isu kita belum punya agenda setting, tetapi dalam beberapa isu lain kita sudah punya,” kata Shafiah.
Capres Nomor Urut 02 Prabowo Subianto sebelumnya menyebut Indonesia tidak terlalu dihormati di kalangan internasional, juga di kawasan Asia Tenggara. Ia juga menyebut komunitas wartawan asing di Indonesia menyindir Indonesia sebagai “negara yang memiliki banyak potensi”.
Indonesia, menurut dia, dipandang sebagai negara yang banyak utang dengan mata uang yang lemah, serta masih membutuhkan impor bahan pangan.
Meskipun ia sepakat dengan peran diplomasi Indonesia sebagai mediator konflik internasional, Prabowo menggarisbawahi bahwa peran tersebut akan lebih kuat jika didukung kekuatan pertahanan dan militer, serta kemampuan pemerintah untuk menyejahterakan rakyatnya. ***2***
Baca juga: Pengamat sayangkan ASEAN tidak dibahas dalam debat capres
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019