Jakarta (ANTARA) - Pengajar Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Yandry Kurniawan mengatakan kebijakan pertahanan sekarang ini bukanlah semata-mata ekspansif atau bahkan agresif .
"Bukan ekspansif atau agresif, namun bagaimana Indonesia dapat memosisikan dalam tatanan global," kata Yandry, di Jakarta, Senin, dalam dialog terkait debat keempat capres yang diselenggarakan CSIS.
Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara seharusnya tidak lagi membicarakan mengenai keutuhan wilayah dan separatisme, namun bagaimana memosisikan diri dalam pertahanan.
Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara seharusnya tidak lagi membicarakan tentang keutuhan wilayah dan separatisme melainkan harus lebih kuat memposisikan Indonesia dalam pertahanan, katanya pula.
Yandry berpendapat Indonesia saat ini sudah berada di jalan yang benar dalam pertahanan, sehingga pemerintah saat ini tinggal mengikuti dan mengembangkan pertahanan di jalur yang sama sejak 2004 lalu.
Pemerintah saat ini sudah melakukan upaya untuk menjadikan TNI sebagai angkatan bersenjata yang layak (defense proper), ujarnya pula.
Yandry menyebutkan variabel anggaran yang menentukan pertahanan, sehingga anggaran pertahanan selalu menjadi variabel independen.
"Untuk itu penting struktur anggaran APBN diperbesar," ujar dia pula.
Menurut Yandry, isu pertahanan masih berkisar mengenai gaji prajurit dan fasilitas kesehatan, namun terkait peran Indonesia dalam tatanan global luput untuk diangkat dan disampaikan.
Dia menyayangkan diplomasi pertahanan Indonesia di kawasan yang sudah stabil seperti sekarang ini tidak dibahas.
Pewarta: Alya Rahma Widyantidan Ganet Dirgantara
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019