Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan optimistis partainya meraih dua digit dalam perolehan suara di Pemilu 2019, karena adanya tren positif elektabilitas yang dicapai PAN menjelang 17 April 2019.

"Ini tanda-tanda ya, di ujung akhir masa kampanye ini ternyata dukungan makin meluas, mudah-mudahan target kita 2 digit bisa terlampaui," kata Zulkifli dalam keterangannya di Jakarta, Senin setelah mengisi acara Forum Kajian dengan tajuk "Daulat Pemilih", di Hotel Kartika Chandra.

Pernyataan Zulkifli itu terkait hasil survei Polmark Indonesia yang dilakukan Oktober 2018 hingga Februari 2019, bahwa PAN diperkirakan mendapatkan 5,9 persen suara di Pemilu 2019.

Dia menilai hasil survei itu cukup baik karena publik puas PAN bekerja secara konsisten untuk membela rakyat dan saat ini dukungan meluas dari para tokoh-tokoh, para alim ulama, para habib, para pengusaha kecil, ormas-ormas Islam yang terus mengalir.

Zulkifli memberikan amanat kepada kadernya yang nanti duduk di parlemen untuk jangan pernah meninggalkan rakyat dan terus memperjuangkan aspirasi masyarakat.

"Jadi kita ini wakil, memang diberi kuasa. Kalau yang menang itu diberi kuasa oleh rakyat, karena itu kita tidak boleh pernah meninggalkan," ujarnya.

Dia menegaskan haram hukumnya bagi PAN mengkhianati janji atau kesepakatan yang sudah menjadi poin-poin komitmen karena itu harus diperjuangkan.

Sekjen DPP PAN Eddy Soeparno juga meyakini bahwa partainya bisa mendapat perolehan suara minimal 10 persen, atau dua kali lipat hasil survei Polmark Indonesia.

Dia menjelaskan selama ini PAN menempati urutan kelima dalam Pemilu dan di Pemilu 2019, dirinya meyakini partainya memperoleh 60 kursi DPR RI.

"Jadi kalo selama ini kita selalu berada di urutan nomor 5, ya ingin memperbaiki posisi itu. Kalau kita bicara 2 digit, ya minimal 58 kursi DPR RI namun kami yakin bisa mendapatkan 60 kursi," kata Eddy.

Namun dia tidak menampik kalau target 60 kursi DPR RI itu berat namun bukan tidak realistis karena bisa diraih apabila para kader bekerja keras.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019