Surabaya (ANTARA) - Koordinator Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Wilayah Timur Pusat, Abraham Ibnu mengatakan pasar tradisional masih disukai produsen dalam pengiriman produk karena langsung mendapatkan uang tunai dari pedagang dan bisa memastikan keberlangsungan usaha.
"Kalau produsen mengirimkan produk ke toko modern, mereka tidak langsung dibayar, dan harus menunggu sebulan setelahnya,” kata Abraham di Surabaya, Senin.
Abraham dalam acara Persaingan Pasar Tradisional Vs Modern yang digelar Bank Mandiri bersama Forum Jurnalis Ekonomi Bisnis Surabaya itu mengatakan, digemarinya pasar tradisional oleh produsen membuat rotasi ekonomi pasar tersebut berlangsung cepat.
Selain itu, penguasaan produk makanan cepat atau "Fast Moving Consumer Goods" (FMCG) dikuasai pasar tradisonal sekitar 72 persen, kemudian minimarket 22 persen dan 6 persen supermarket.
"Tingginya transaksi di pasar tradisional karena produsen makanan atau minuman, lebih suka berbisnis dengan pedagang di pasar tersebut. Pasalnya, rotasi keuangannya cepat," katanya.
Oleh karena itu, Abraham meminta tidak perlu diperbincangkan lagi keterkaitan antara pasar modern yang dianggap mengganggu pasar tradisional.
"Kedua pasar ini memiliki potensi masing-masing dan bukan bersaing. Selain itu, keduanya juga memiliki regulasi yang berbeda. Justru yang ada sekarang, banyak aturan yang membatasi pasar modern. Sementara untuk aturan pasar tradisional lebih longgar," katanya.
Sementara itu, Vice President Bank Mandiri Regional Surabaya, Atta Alfa Wanggai dalam acara yang sama mengatakan perdagangan FMCG merupakan salah satu sektor potensial, dan Bank Mandiri terus mendorong pertumbuhan bisnis perdagangan FMCG di Jatim.
"Mengingat jumlah penduduk di Jatim ini mencapai 39,3 juta jiwa dan kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai 59,3 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)," katanya.
Ia mengatakan bisnis FMCG menjadi salah satu penyangga pertumbuhan ekonomi, dan penjualan produk FMCG di Jatim berdasarkan data AC Nielsen, memberikan andil sekitar 14,5 persen terhadap total penjualan barang konsumsi ritel nasional.
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019