Mohammad Natsir adalah seorang hamba Allah yang memiliki multitalenta. Beliau ini seorang pemimpin, seorang ulama, seorang politikus
Jakarta (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo agar 3 April diperingati sebagai Hari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal ini sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa pahlawan nasional Mohammad Natsir yang telah berperan dalam Mosi Integral Natsir yang disahkan pada 3 April 1950.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Muhyiddin Junaidi mengatakan MUI akan menyiapkan berbagai langkah terkait usulan tersebut.
"Nanti akan dibentuk tim panel khusus terdiri dari pakar-pakar, baik itu dari ormas dan pakar-pakar sejarah lainnya untuk melengkapi dan menyiapkan proposal yang akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia," kata Muhyiddin dalam acara Sarasehan bertajuk "Peran Umat Islam Dalam Mempelopori, Mendirikan, Mengawal dan Membela NKRI" di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, Senin.
Menurut Muhyiddin, jasa Mohammad Natsir pantas diperingati setiap tahunnya meski Natsir sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
"Mohammad Natsir adalah seorang hamba Allah yang memiliki multitalenta. Beliau ini seorang pemimpin, seorang ulama, seorang politikus," kata dia.
Dalam kesempatan itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Jimly Asshiddiqie menjelaskan Mosi Integral Natsir merupakan keputusan parlemen mengenai bersatunya kembali sistem pemerintahan Indonesia menjadi kesatuan yang digagas Natsir.
Dengan disepakatinya Mosi Integral Natsir pada 3 April 1950, maka artinya Islam tidak anti terhadap NKRI.
"Intinya ketentuan mengenai NKRI memuat kandungan ideologi, bukan pasal biasa. Dan ini semua merupakan peran dan jasa Pak Mohammad Natsir," kata Jimly.
Jimly pun setuju dengan gagasan peringatan Hari NKRI. Namun demikian gagasan ini membutuhkan dukungan banyak pihak untuk mewujudkan ide peringatan Hari NKRI ini.
Menurut Jimly, karakter Mohammad Natsir sebagai tokoh bangsa hendaknya diteladani para politisi jaman sekarang.
"Integritasnya, ketegasannya, kesederhanaannya, keikhlasannya bekerja untuk bangsa dan negara. Itu penting," katanya.
Baca juga: Jimly minta kampanye hitam disikapi dengan bijak
Baca juga: MUI ingatkan jangan gunakan isu khilafah
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019